Pemugaran Makam Ranggawarsita

Sosok Ranggawarsita, Pujangga Terakhir Tanah Jawa yang Kondisi Makamnya di Klaten Kini Dipugar

Masyarakat Jawa mengenal nama Raden Ngabehi Ranggawarsita sebagai sosok besar yang menutup masa keemasan kesusastraan Jawa.

TribunSolo.com/Zharfan Muhana
PEMUGARAN MAKAM - Kompleks makam Ranggawarsita, di Dusun Kedon, Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Rabu (29/10/2025). Masyarakat Jawa mengenal nama Raden Ngabehi Ranggawarsita sebagai sosok besar yang menutup masa keemasan kesusastraan Jawa. Pemugaran sendiri telah dimulai sejak awal Oktober 2025. 

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Makam tokoh pujangga Jawa, Bagus Burhan atau yang dikenal dengan Raden Ngabehi (R.Ng.) Ranggawarsita, kini tengah direnovasi.

Lokasi makam tersebut berada di Dusun Kedon, Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.

Tapi siapakah Ranggawarsita ini?

Masyarakat Jawa mengenal nama Raden Ngabehi Ranggawarsita sebagai sosok besar yang menutup masa keemasan kesusastraan Jawa.

Lahir di Surakarta pada 25 Maret 1802, Ranggawarsita dikenal sebagai pujangga terakhir tanah Jawa, karena setelah wafatnya pada 1873, belum ada sastrawan lain yang mampu menandingi kebesaran karyanya.

Nama asli Ranggawarsita adalah Bagus Burhan, putra dari Raden Mas Pajangswara dan Nyai Ageng Pajangswara.

RENOVASI. Kompleks makam Ronggo Warsito, di Dusun Kedon, Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten pada Rabu (29/10/2025).
RENOVASI. Kompleks makam Ronggo Warsito, di Dusun Kedon, Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten pada Rabu (29/10/2025). (TribunSolo.com/Zharfan Muhana)

Ia lahir dari keluarga berdarah biru yang kental dengan tradisi kepujanggaan.

Dari garis ayahnya, Ranggawarsita masih memiliki hubungan dengan Pangeran Benawa, putra Sultan Hadiwijaya dari Pajang, bahkan jika ditarik lebih jauh, silsilahnya sampai kepada Prabu Brawijaya, penguasa terakhir Majapahit.

Sementara dari garis ibu, darah sastrawan juga mengalir kuat.

Ibunya merupakan keturunan Kiai Ageng Nayataruna dan Tumenggung Sujanapura, seorang pujangga besar dari Kesultanan Pajang.

Sejak kecil, Bagus Burhan telah mendapat pendidikan langsung dari Raden Tumenggung Sastranegara (Yasadipura II), sang kakek yang juga pujangga utama Kasunanan Surakarta.

Baca juga: Kondisi Makam Ranggawarsita di Klaten Rusak, Kini Dipugar

Bahkan, Yasadipura I, buyutnya, pernah meramalkan bahwa kelak Bagus Burhan akan menjadi pujangga besar terakhir di tanah Jawa.

Pada usia empat tahun, ia mulai digembleng oleh Ki Tanujaya, abdi kepercayaan Yasadipura II, sebelum kemudian menempuh pengembaraan menuntut ilmu di berbagai pesantren.

Salah satunya di Pondok Gebang Tinatar Ponorogo yang diasuh Kiai Imam Besari, cucu dari Pakubuwono IV.

Karier kepujanggaan Ranggawarsita dimulai saat ia diangkat menjadi carik Kadipaten Anom dengan gelar Rangga Pujangga Anom, lalu naik menjadi Mantri Carik, hingga akhirnya bergelar Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Sebagai pujangga, ia menulis karya monumental dalam berbagai bidang: sastra, filsafat, kebatinan, hingga ramalan.

Beberapa karya terkenalnya adalah Serat Hidayat Jati, Serat Jayengbaya, Serat Kalatidha, dan Serat Jaka Lodhang.

Dalam Serat Hidayat Jati, Ranggawarsita memadukan nilai-nilai Islam dengan filsafat Jawa, membahas konsep ketuhanan, penciptaan manusia, hingga kesempurnaan hidup.

Baca juga: Bikin Merinding, Tukang Bangunan Temukan 16 Anakan dan 25 Telur Ular Kobra di Wonosari Klaten

Ranggawarsita wafat pada 24 Desember 1873 dan dimakamkan di Palar, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah.

Ia meninggalkan tiga putri, dua putra, dan warisan besar yang menjadikannya legenda abadi dalam sejarah kesusastraan Jawa.

Dipugar Selama 2 Bulan?

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengatakan bahwa proses renovasi makam Ranggawarsita saat ini sedang berlangsung.

“Jadi, kita sedang memugar kompleks makam Ranggawarsita,” ujarnya, Kamis (23/10/2025).

“Kita harapkan nanti, dalam satu dua bulan bisa selesai,” imbuhnya.

Ketua Panitia Pengelola Makam Ranggawarsita, Rakim, menyampaikan bahwa pemugaran telah dimulai sejak awal Oktober.

“Sudah berjalan, mulai 1 Oktober,” jelasnya saat ditemui, Rabu (29/10/2025).

Baca juga: Misteri Temuan Benda Diduga Cagar Budaya di Lahan Tebu Gumeng Karanganyar, Peninggalan Majapahit?

Pemugaran dilakukan pada beberapa bagian bangunan.

“Plafon atap dan genting diperbaiki karena bocor, termasuk bagian lantai,” ucapnya.

Pantauan TribunSolo.com, para pekerja tengah memperbaiki bagian genting, sementara pada bagian plafon sudah terpasang rangka besi.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved