Kisah Profesor Stephen Hawking yang Berjuang Melawan Kematian Sejak Usia Muda
"Tujuanku sederhana, memahami semesta, mengapa dia ada seperti itu dan mengapa dia ada untuk semua," ungkapnya.
Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Efrem Siregar
TRIBUNSOLO.COM -- Kisah hidup Profesor Stephen Hawking penuh dengan perjuangan melawan rentetan penyakit yang hampir merenggut nyawanya.
Pada usia 22 tahun, dia didiagnosis menderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS) pada 1963.
Dokter kala itu memvonis Profesor Hawking hanya memiliki kesempatan hidup selama 14 bulan lagi.
Namun, Hawking muda melucuti vonis dokter tersebut dengan tetap bertahan hidup.
Baca: Tato Gigi Hadid di Dada Zayn Malik Jadi Gunjingan di Twitter, Selebtwit Ikram Marki: Tindakan Bodoh
Delapan tahun kemudian saat dia berusia 30 tahun, Profesor Hawking akhirnya memakai kursi rodanya.
Ajal pun sempat mendekatinya pada tahun 1986.
Profesor Hawking mendapat serangan pneumonia dan untuk menyelamatkannya, dia harus kehilangan suaranya.
Dari saat itu, Profesor Hawking mulai berbicara memakai computer synthesiser yang dipasangkan pada kursi rodanya.
Baca: 10 Kalimat Mutiara Stephen Hawking, Ketika Ada Kehidupan di Situ Ada Harapan
"Aku mencoba hidup senormal mungkin, dan tidak berpikir tentang kondisiku atau menyesali hal-hal yang sebenarnya bisa kucegah," kata Porfesor Hawking sebgaiman dilansir TribunSolo.com dati telegraph.co.uk, Rabu (14/3/2018).
"Tujuanku sederhana, memahami semesta, mengapa dia ada seperti itu dan mengapa dia ada untuk semua," ungkapnya.
Kini Fisikawan kelahiran 8 Januari 76 tahun silam itu telah beristirahat damai untuk selamanya.
Hal tersebut sudah dikonfirmasi pihak keluarga.