Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Trauma Berat, Begini Cerita Pilu Wanita yang Pernah Diperkosa oleh Gebetannya

Yuk, simak kisah perjuangan Merida melawan trauma dan diskriminasi setelah diperkosa sama gebetannya!

Trbunnews.com
Ilustrasi perkosaan 

Aku langsung berusaha menghubungi dia lagi lewat chat. Dia bilang, dia ngaku salah dan dia jijik sama dirinya sendiri. Terus aku bilang 'Kamu kampanye anti pemerkosaan tapi malah melakukannya'. Dia hanya minta maaf.

Waktu itu yang aku pikirkan adalah keselamatan calon istrinya dan anaknya nanti di masa depan. Kalau misalnya dia bisa memperkosa aku, dia juga bisa melakukan hal yang sama ke calon istrinya atau bahkan anaknya sendiri. Jadi aku telepon calon istrinya.

Tapi responnya malah enggak sesuai yang aku harapkan. Calon istrinya menangis sambil bilang, 'Yaudah kita enggak jadi nikah. Puas kamu ngehancurin hubungan kita? Selamat ya buat kamu, kita enggak jadi nikah'.

Sebelumnya aku juga sempat tanya ke teman-teman yang lain.

Ternyata aku bukan korban pertama yang dia perkosa.

Sebelum aku juga ada cewek-cewek lain yang jadi korbannya, tapi mereka bungkam karena malu.

Akhirnya, dia tetap menikah juga sama si calon istrinya, punya satu anak perempuan, dan sekarang dia hidup sukses dengan pekerjaan dan pencitraan yang dia lakukan."

Proses penyembuhan

"Butuh perjalanan yang panjang sampai aku menemukan penyembuhan dari trauma semenjak diperkosa. Aku yang semula ekstrovert jadi introvert dan menutup diri banget.

Aku yang semula kuliah sambil kerja, harus meninggalkan pekerjaanku juga. Kamarku berantakan banget, sering mimpi buruk dan bleeding.

Pernah aku cerita ke seorang teman perempuan soal masalahku. Tapi yang dia katakan malah respon seperti, 'Sayang banget ya, siapa nantinya yang mau nerima kamu'. Saat itu aku jadi benar-benar nge-shut down hidupku.

Akhirnya aku mencoba untuk konseling ke psikolog. Perjalananku menemukan psikolog yang tepat juga enggak mudah. Aku pernah menemukan psikolog yang malah balik menyalahkan aku.

Kalau dihitung sampai psikologku yang sekarang, aku sudah gonta-ganti psikolog 4 kali selama 3 tahun penyembuhan.

Aku akhirnya juga bisa cerita ke kakak sama ibuku soal kejadian yang pernah aku alami ini dan mencoba mencoba mencari support sistem lain. Salah satunya dari pasangan.

Enggak gampang juga menemukan cowok yang tepat dan mau menerima masa laluku. Aku sering banget gonta-ganti pacar, karena mereka enggak bisa terima sama masa laluku.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved