Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kerap Tanggapi Isu dengan Gaya Khas, Begini Reaksi Sudjiwo Tedjo saat Diminta Jadi Wakil Rakyat

Lewat akun Twitternya, @sudjiwotedjo, ia sempat membikin cuitan seputar pro kontra rencana acara pertemuan tahunan IMF di Bali.

Penulis: Hanang Yuwono | Editor: Hanang Yuwono
dakwatuna.com
Sudjiwo Tedjo 

TRIBUNSOLO.COM -- Aktor, dalang, dan budayawan Sudjiwo Tedjo selama ini dikenal sebagai seorang yang aktif di media sosial Twitter.

Tak jarang dengan gaya blak-blakan atau nyeleneh ia menanggapi isu yang lagi populer di Indonesia.

Sejumlah warganet pun kerap antusias terhadap cara berpikir Sudjiwo Tedjo sebagai seniman.

Pelantun 'Sugih Tanpo Bondo' ini juga tak segan membalas komentar dari penggemarnya.

Lewat akun Twitternya, @sudjiwotedjo, ia sempat membikin cuitan seputar pro kontra rencana acara pertemuan tahunan IMF di Bali.

Seperti diketahui, acara tersebut sempat menuai kritik dari sejumlah oposisi.

Mereka menganggap penyelenggaraan acara IMF di Bali tidak tepat karena saat ini Indonesia dihadapkan penanganan bencana gempa di Sulawesi Tengah.

Selain itu beberapa pihak menganggap anggaran untuk acara ini terlampau besar.

"Tentang IMF, saya tak di pihak Kang @fadlizon maupun Bli @mpujayaprema , 22nya teman, tp dampak sesuatu tak hanya bs diketahui setelah sesuatu itu terjadi. Dgn pola/pemodelan yg tepat & masukan pd variabel2 yg tepat, dll, dampak sesuatu bisa diketahui sebelum sesuatu itu terjadi," tulis Sudjiwo Tedjo.

Lanjut Sudjiwo Tedjo, ia mengungkapkan justru belajar banyak dari Fadli Zon terkait reaksi oposisi akan rencana penyelenggaraan acara IMF ini.

Hal itu diungkapkan Sudjiwo Tedjo menanggapi pernyataan seorang pengikutnya di Twitter.

"No. Aku justru belajar banyak dari Kang @fadlizon dan Bli @mpujayaprema .. usulanku tadi toh belum tentu bener juga .. utk sementara aku harus yakin bahwa usulanku bener. Kalau nggak, atas dasar apa aku usul? Tp keyakinanku spt karya ilmiah, tak boleh ada penutup/final," tulisnya.

Dari cuitan-cuitan Sudjiwo Tedjo tersebut seorang pengguna akun Twitter menyarankan agar Sudjiwo Tedjo menjadi wakil rakyat saja.

"Mathmu TOP penuh dialektika mbah. Mbok jadi wakil rakyat sisan toh. Gemes kami sama wakil rakyat yang sukanya mbakar-mbakar tapi gak jagongan," cuit warganet berakun @_lsianturi_, Senin (8/10/2018).

Mengetahui ada yang menyarankan ia agar menjadi wakil rakyat, Sudjiwo Tedjo pun bereaksi.

Menurutnya ia tak bisa terjun ke ranah politik praktis.

Sebab sebagai seorang seniman, ia hanya bisa memandang sesuatu dari etika atau estetikanya saja.

Dalam hal ini berlaku pula untuk sudut pandangnya terhadap dinamika politik di Tanah Air.

"Aku gak bisa kerja di politik praktis. Maqomku di kesenian. Kalau pun ngomong politik/apa pun, yang kuomongkan adalah etika/estetikanya. Kalau aku maksain terjun di politik praktis, berarti aku ndak etis pada diriku sendiri. Etis pd diri sendiri itu mutlak Cuk," balas Sudjiwo Tedjo.

Cuitannya tersebut kemudian direspons sejumlah warganet.

Pengakuan Sudjiwo Tedjo

Sastrawan Sudjiwo Tedjo memberikan tanggapannya saat ditanya soal keberpihakannya pada sejumlah nama tokoh kontroversial di tanah air.

Nama-nama tersebut di antaranya, Rocky Gerung, Ratna Sarumpaet, Neno Warisman dan UAS, yang sempat dituliskan oleh Sudjiwo Tedjo melalui sebuah cuitan, Senin (3/9/2018).

Pria berambut gondrong ini pun menyatakan bahwa dirinya bukan pendukung nama-nama tokoh tersebut.

Ia hanya mengaku berteman meski acap kali tidak setuju dengan pendapat mereka.

Tanggapan Sudjiwo Tedjo tersebut bermula saat ia membahas soal penolakan aksi yang dihadiri nama-nama tokoh di atas.

Berikut cuitan lengkapnya:

"Mencegah suatu acara krn ancaman ormas itu baik bagi polisi utk menghindari bentrokan fisik. Tapi bentroran pikiran justru makin tersulut. Lama2 pikiran punah. Padahal pikiran (dan imaji) itu yg membuat Sapiens lbh “unggul” dari Neandertal, Erectus dll,"

"Para pemimpin yg kerap ngomong “Rakyat sudah cerdas” konsekuensinya adalah membiarkan Rocky Gerung, Ratna Sarumpaet, Neno Warisman, UAS dll ngomong ke rakyat. Toh rakyat sudah cerdas, sudah punya filter sendiri. Kalau tak bisa membiarkan itu, cabut omongan “rakyat ud cerdas”,"

"Aku pendukung nama2 yg kusebut di bawah ini? No! Kami berteman tp aku kebayakan gak setuju ma mereka. Tp aku klop ma quote filsuf Prancis Voltaire “Sy tidak setuju pendapatmu, tp akan sy bela mati2an hakmu utk berpendapat.”,"

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved