Gempa dan Tsunami di Donggala dan Palu
Pengungsi Gempa dan Tsunami Sulteng di Makassar Sudah Mulai Bersekolah
Semua sekolah di Kota Makassar dapat menerima anak pengungsi Sulteng yang dekat dari tempat penampungannya di Kota Makassar
TRIBUNSOLO.COM, PALU - Pelajar yang menjadi korban bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) yang mengungsi ke Kota Makassar mulai mengikuti proses belajar mengajar di sejumlah sekolah yang telah disiapkan.
Data Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, ada 300 anak pengungsi bencana Sulteng yang bersekolah di Kota Makassar.
Mereka tersebar di beberapa sekolah, dekat tempat penampungannya.
Mereka ke sekolah mengenakan seragam dari sumbangan warga Kota Makassar.
• Polri Jamin Akan Buat Amien Rais Merasa Nyaman Saat Diperiksa
Mereka terlihat ceria bisa kembali sekolah, meski trauma masih menyelimuti anak-anak tersebut.
Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal mengatakan, tidak ada sekolah khusus yang ditunjuk untuk menerima anak pengungsi bencana Sulteng.
Semua sekolah di Kota Makassar, sambung Syamsu, dapat menerima anak pengungsi Sulteng yang dekat dari tempat penampungannya di Kota Makassar.
“Sudah ada 300-an anak korban bencana Sulteng yang dititipkan bersekolah di Makassar mulai dari tingkat TK, SD, dan SMP," kata pria yang akrab disapa Daeng Ical, Selasa (9/10/2018).
• Apakah Amien Rais Berpotensi dari Saksi Jadi Tersangka? Ini Kata Pakar Hukum Pidana, Suparji Ahmad
"Tidak ada sekolah yang ditunjuk khusus buat menerima para siswa dari Sulteng ini untuk dititip belajar,” tambahnya.
Salah satu sekolah yang mendapat titipan pengungsi yakni SMP Negeri 8 Makassar.
Di sekolah ini, ada 6 orang yang telah mengikuti pelajaran seperti siswa lainnya.
Mereka mulai mengikuti proses belajar di kelas 9 SMP Negeri 8 Makassar, Senin (8/10/2018).
• Prilly Latuconsina Tampil Anggun Kenakan Kebaya, Tuai Pujian hingga Kritikan
Salah seorang anak pengungsi Sulteng, Nurlela Sitesya mengaku senang bisa kembali bersekolah.
Dengan bersekolah, ia berupaya menghilangkan rasa takut dan trauma yang dialaminya saat bencana gempa dan tsunami di kampung halamannya.
“Dengan bersekolah, saya mempunyai banyak kegiatan dan ada teman-teman baru yang bisa menghilangkan trauma akan gempa dan tsunami yang sudah saya alami," ungkapnya.