Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

AHY Mengaku Dulu Bercita-cita Jadi Tentara, Sebut Sosok yang Membuatnya Mantap Berpolitik

AHY memastikan keputusannya mundur dari TNI Angkatan Darat saat itu sudah bulat tanpa intervensi siapapun. Ia pun menyebut mentor politiknya.

Penulis: Hanang Yuwono | Editor: Hanang Yuwono
instagram/agusyudhoyono dan KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES
Agus Harimurti Yudhoyono semasa aktif sebagai anggota TNI dan kini jadi Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat. 

TRIBUNSOLO.COM -- Nama Agus Harimurti Yudhoyono sempat mencuri perhatian publik beberapa saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Hal itu karena keputusannya mundur sebagai anggota TNI untuk maju jadi calon Gubernur DKI Jakarta.

Meskipun dalam Pilgub DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang berpasangan dengan Sylviana Murni memperoleh suara paling sedikit dibandingkan dua cagub-cawagub lainnya.

Begitu pula soal keputusannya mundur dari TNI, sebagian kalangan masyarakat Indonesia ada yang mendukung ada pula yang menyayangkan.

Tapi AHY memastikan jika keputusannya saat itu sudah bulat tanpa intervensi dari siapapun.

AHY menuturkan ia sudah mantap terjun ke dunia politik untuk mengabdi kepada masyarakat.

Namun, dalam acara Good Friend yang tayang 7 Januari 2019, AHY buka-bukaan soal pilihannya menjadi politikus.

AHY pun menyebut sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai mentor politik.

"Ayah adalah mentor kehidupan yang kini menjadi mentor politik. Dan saya bersyukur, walaupun beliau tokoh sibuk selalu menyempatkan waktu untuk anak-anaknya," buka AHY.

"Dalam politik juga demikian. Beliau juga suka menceritakan pengalamannya. Jadi saya sangat bersyukur punya mentor politik yang benar-benar provent," ungkap AHY.

Alvin Adam sebagai presenter pun menyinggung kemiripan antara AHY dan SBY, terutama menyangkut karier dari militer ke politik.

"Ketika saya tumbuh remaja, semakin dewasa. Saya memang bercita-cita menjadi seorang perwira Angkatan Darat, terinspirasi Pak SBY," kata AHY.

Tapi menginjak tahun 2016, cita-cita AHY mulai bergeser.

"Tetapi kemudian ketika ada sebuah momentum sejarah di tahun 2016 lalu saya (memutuskan) mengakhiri ikatan dinas di TNI. Mengundurkan diri dalam konteks untuk politik," ujar AHY.

Ia pun kembali menegaskan keputusannya saat itu adalah murni karena dorongan dari dirinya sendiri.

"Saya sebenernya punya keputusan sendiri. Benar-benar memiliki kemandirian dalam megambil setiap keputusan. Baik ketika saya ingin menjadi prajurit, maupun politisi," tegas AHY.

AHY pun membeberkan pesan sang ayah saat dirinya memutuskan mundur dari TNI meski kariernya cukup menjanjikan waktu itu.

"Tiap keputusan itu ada risiko, ada konsekuensi. Beliau berpesan kepada saya agar teguh pada pendirian."

"Apapun keputusan yang sudah diambil, agar fokus mencapai tujuan. Ketika kita sudah mengambil keputusan, Jangan tengok lagi ke belakang, tapi lihatlah ke depan," ujar AHY.

Simak video selengkapnya di bawah:

Cerita tentang Beda Politik dan Militer

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebelumnya juga buka suara soal perbedaan berkiprah di dunia militer dan dunia politik.

Hal itu ia sampaikan dalam sesi interview bersama Wahyu Muryadi di acara E-Talkshow tvOne yang tayang 21 Desember 2018 kemarin.

Sebelumnya, AHY sempat menjelaskan alasannya menitikkan air mata saat pidato mundur dari TNI.

Menurut putra sulung Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, ia menangis karena merasa terharu.

"Mas Agus sedih enggak sih kalau meninggalkan karier sebagai tentara? Harusnya bisa jadi jenderal, saya yakin you can do that," tanya Wahyu.

AHY pun menjelaskan bagaimana perasaannya saya memutuskan berpisah sebagai anggota TNI.

Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) pemenangan Pemilu Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) pemenangan Pemilu Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

"Waktu itu saya menitikkan air mata dan itu bukan air mata pencitraan. Karena saya merasa terharu," jawab AHY.

"Bagaimana tidak? Selama 16 tahun saya mengabdi sebagai prajurit bersama yang lain, baik dalam suka maupun duka. Saat latihan, daerah operasi, dalam dan luar negeri," lanjut dia.

Menurutnya, memori itulah yang membuat langkahnya meninggalkan dunia militer menjadi agak berat.

"Tentu ada rasa haru yang menyertai saya untuk menuju pengabdian baru," tegas AHY.

Ia pun menjelaskan bagaimana perbedaan mengabdi sebagai politikus dan sebagai tentara.

AHY berkelakar, soal musuh di dunia politik lebih samar.

"Kalau di militer itu musuhnya jelas, kita warna ini, musuh warna lain. Seragamnya lain," kata AHY.

"Nah kalau dalam politik kita enggak jelas. Kadang musuh di depan, samping, belakang bersama kita. Demikian dengan kawan kita, hari ini bersama kita besok sudah ada di tempat lain," tandasnya.

Walau begitu, AHY mengatakan hal itu sebagai bagian dari dinamika politik.

"Itulah dinamika politik, di dunia manapun. Saya harus bisa beradaptasi dengan baik. Dan yang jelas tujuan politik juga sama untuk meraih suara rakyat."

"Pada akhirnya suara itu juga menjadi motivasi bagi kita untuk memberikan yang terbaik untuk rakyat," ujarnya.

Sekilas Karier AHY di Militer

Agus Harimurti Yudhoyono
Agus Harimurti Yudhoyono (Grafis TribunSolo)

Sekilas mengenai karier AHY di TNI, Agus pernah terpilih sebagai Komandan Tim Khusus (Dan Timsus) di Aceh.

Setahun setelah kembali dari Aceh, dia menjabat sebagai Pasiops di Yonif Linud 305/ Tengkorak, usai mengikuti Kursus Pasiops di Pusat Pendidikan Infanteri Pusat Kesenjataan Infanteri Bandung dengan predikat lulus terbaik.

Ketika terjadi perang 34 hari antara Israel dan Hezbollah di Lebanon Selatan pada medio 2006, Agus berangkat sebagai bagian dari Kontingen Garuda XXIII-A pada November 2006 sebagai Pasiops Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-A

Seiring dengan bertambahnya pengalaman lapangan, Agus mendapat promosi sebagai Komandan Kompi (Danki) di Yonif Linud 305/Tengkorak pada tahun 2007 dan terpilih sebagai Danki terbaik di jajaran Divisi Infanteri 1 Kostrad pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama, Agus mengikuti kursus Scuba Divers TNI-AL di Kepulauan Seribu, 2008.

Agus memperoleh penghargaan sebagai Komandan Kompi terbaik di jajaran divisi Infanteri 1 Kostrad, 2008 pada Latihan Gabungan TNI Yudha Siaga di Sangata.

Setelah terpilih sebagai peserta The Young Future Defence Leader Workshop, yang digagas Kementerian Pertahanan, dia ditugaskan ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira di Fort.

Sampai awal 2016, Agus berdinas sebagai Kepala Seksi 2 / Operasi di lingkungan satuan elite Kostrad, Brigade Infanteri Lintas Udara 17. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved