Sniper yang Begitu Ditakuti ISIS itu Ternyata Bernama Joanna Palani, Seorang Perempuan
Sniper yang Begitu Ditakuti ISIS itu Ternyata Bernama Joanna Palani, Seorang Perempuan
Dia dipandang sebagai sosok yang berbahaya oleh masyarakat, bahkan orang-orang terdekatnya.
Meski dia mengaku sadar dengan konsekuensi dari pilihannya bergabung dalam perang melawan ISIS, namun dia tidak menyangka bakal diusir oleh keluarganya sendiri sebagai hasil dari ideologinya.
"Dulu dalam pemikiran saya tentang konsekuensi pilihan saya adalah kemungkinan saya akan ditangkap oleh ISIS," ujarnya.
"Saya tidak pernah percaya bahwa hasilnya, yang berdampak pada hidup saya, akan muncul dari orang-orang yang saya cintai," tambahnya.
Palani mengatakan, hal yang paling menyedihkan adalah bahwa ketakutan, bahaya, dan kebencian yang dirasakannya dari musuh-musuhnya di medan perang, tidak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakannya ketika komunitasnya sendiri meninggalkannya.
Kembali ke Denmark terbukti lebih sulit dari yang semula dipikirkannya, terutama karena masalah keuangan dan sosial, termasuk saat pemerintah Denmark menjatuhkan hukuman sembilan bulan penjara.
Tanpa uang, tempat tinggal, maupun lingkungan sosial yang tersedia baginya, Joanna merasakan pemerintah yang seharusnya menfasilitasi pejuang yang kembali, menjadikan segala sesuatunya menjadi lebih sulit.
"Saya tidak pernah memiliki seseorang yang hadir di persidangan untuk mendampingi saya."
"Negara yang sama di mana saya rela mempertaruhkan hidup, kini ingin merenggut kebebasan saya. Sampai saat ini, saya praktis tidak memiliki apa-apa," ujarnya.
Harapan dari Memoar
Sementara banyak pejuang maupun ekstremis yang kembali dari perang mendapat dukungan mentor dan konseling psikologis untuk transisi kembali ke masyarakat, Palani merasa dirinya tersisih.
"Yang lain sudah diurus sedangkan saya dihukum. Saya tidak berjuang untuk iman atau bangsa saya sendiri, tetapi juga dunia luar yang terancam oleh keberadaan ISIS."
"Saya tidak menyangkal keputusan itu dibuat sepenuhnya oleh diri saya sendiri.. Saya harus berpegang teguh dan menjaga kepala saya tetap tegak," kata Palani.
Sementara Palani berusaha untuk menjalani persoalan hukumnya, dia merasakan apa yang dia sebut sebagai "pengkhianatan besar".
Memoarnya yang berjudul "Freedom Fighter: My War Against ISIS on the Frontlines of Syria", yang ditulisnya saat malam-malam yang penuh tekanan dan tanpa tidur, memberinya harapan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diburu ISIS dan Kepalanya Dihargai Rp 14 Miliar, Siapakah Joanna Palani?"