Istri Bunuh Suami dan Anak Tiri, Pakar Kriminal Ungkap Penyebab Pelaku Tega Habisi Keluarga Sendiri

Familicide adalah peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga.

Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
Tribunnews.com/Fahdi Fahlevi
Aulia Kusuma (AK), otak pembunuhan terhadap suaminya, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili dan anak tirinya, M Adi Pradana alias Dana dibawa ke Polda Metro Jaya, Kamis (29/8/2019) sore. 

TRIBUNSOLO.COM - Kasus Aulia Kesuma, perempuan yang tega menghabisi nyawa suami dan anak tirinya ramai diperbincangkan publik akhir-akhir ini.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (3/9/2019), tersangka pembunuhan Aulia Kesuma (AK) mengaku lega seusai menghabisi nyawa suaminya, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan anak tirinya, M Adi Pradana alias Dana (23).

Aulia diketahui terjerat utang dan harus membayar cicilan sebesar Rp 200 juta setiap bulannya.

Ia membunuh sang suami karena menolak permintaanya untuk menjual rumahnya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan guna melunasi utang-utangnya.

Penolakan tersebut membuat Aulia sakit hati dan mulai merencanakan pembunuhan terhadap suami dan anak tirinya pada Juli 2019.

Ini bukan pertama kalinya kasus pembunuhan antar keluarga terjadi.

Aulia Kesuma Sebut Anak Tirinya Sempat Ancam akan Membunuhnya karena Hamil, Beri Bukti Chat Dana

Rabu (3/9/2019), Kompas.com juga memberitakan seorang istri berinisial SIL (46) membunuh suaminya, TN dengan sebuah kapak di Nagari Sopan Jaya, Kecamatan Padang Laweh, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Sebelumnya, Kompas.com telah memberitakan seorang wanita berinisial S (45), warga Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo yang juga tega membunuh suaminya, Toyaman (55), Senin (2/9/2019) dini hari.

Tiga pemberitaan tersebut tentu membuat kita bertanya-tanya mengapa ada orang yang tega membunuh anggota keluarganya sendiri.

Penyakit Mental

Dalam istilah kriminologi, kasus pembunuhan tersebut dikenal dengan istilah familicidae.

Dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com, familicide adalah peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga.

Aulia Kesuma Sebut Dirinya Lega Usai Bunuh Suami dan Rumah Disita, Polisi akan Periksa Kejiwaannya

Kriminolog juga telah membagi kasus familicide ini ke dalam beberapa istilah berikut:

  • Matricide : pembunuhan seorang ibu
  • Patricide: pembunuhan seorang ayah
  • Siblicide: pembunuhan saudara kandung
  • Fratricide: pembunuhan saudara laki-laki
  • Sororisida: pembunuhan saudara perempuan
  • Filisida: pembunuhan anak
  • Uxoricide: pembunuhan seorang istri
  • Parricide: pembunuhan orang tua 

Aulia Kesuma Bersaksi sambil Menangis, Utang Rp 10 Miliar Ternyata Justru Dibuat oleh Pupung Sadili

Riset yang diterbitkan dalam Howard Journal of Criminal Justice 2013 juga membuktikan, 68 persen pria yang melakukan familicide juga berakhir dengan bunuh diri.

Biasanya, mereka yang melakukan familicide berusia antara 30 hingga 39 tahun saat pembunuhan.

Sebesar 32 persen kasus familicide dilakukan dengan menusuk korban, dan 15 persen dilakukan dengan meracuni korban.

Para ahli mengatakan para pelaku familicide, baik pria maupun wanita, biasanya memiliki sejarah panjang penyakit mental, cenderung depresi atau psikotik.

Lalu, apa yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku familicidae?

Menurut peneliti ada empat faktor yang menyebabkan seseorang tega membunuh keluarganya sendiri.

Berikut empat faktor tersebut:

1. Karekter superior

Orang dengan karakter superior atau mendominasi biasanya selalu menyalahkan pasangan atas permasalahan atau penderitaan yang dirasakannya.

Faktor ini biasanya menyebabkan seseorang membunuh anak-anak mereka dan membiarkan pasangannya hidup menderita karena tak bisa mencegah peristiwa tragis itu.

Dendam Kesumat Putra Aulia Kesuma yang Bunuh M Adi Pradana, Dulu Pernah Merasa Diusir

Biasanya, pembunuhan semacam ini terjadi ketika ada masalah di dalam keluarga, seperti akses untuk bertemu anak-anak yang sulit.

2. Kecewa

Merasa dikecewakan oleh orang-orang di sekitarnya juga bisa membuat seseorang tega membunuh keluarganya sendiri.

Kasus semacam ini biasanya terjadi jika kekecewaan yang dirasakan sang pelaku terlalu dalam hingga melukai kehormatannya.

3. Kepentingan tertentu

Mereka yang melakukan familicidae karena alasan ini biasanya menganggap keluarga adalah perpanjangan dari kesuksesan ekonomi mereka.

Jika keluarga mereka tetap ada di dalam kehidupannya, mereka yakin status ekonomi yang telah mereka bangun akan rusak.

4. Paranoid

Pelaku biasanya percaya keluarga dan terutama anak-anak mereka berada di bawah ancaman atau perlu dilindungi.

Dalam kasus ini, pelaku menganggap mengakhiri nyawa keluarganya adalah cara untuk melindungi mereka dari ancaman luar. (Kompas.com/Ariska Puspita Anggraini)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai Istri Bunuh Suami, Mengapa Ada Orang yang Tega Menghabisi Keluarganya?"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved