Napak Tilas BJ Habibie dan Jerman, Si Jenius Indonesia yang Dapat Julukan Mr Crack
Napak Tilas BJ Habibie dan Jerman, Si Jenius Indonesia yang Dapat Julukan Mr Crack
TRIBUNSOLO.COM - Sosok BJ Habibie memang tak lepas dari negara Jerman.
Ya, di negeri itulah, BJ Habibie menimba ilmu hingga menjadi cendekiawan dengan nama mengkilap, tak hanya di Indonesia bahkan di Jerman.
Hubungan Habibie dengan Jerman, juga diangkat dalam film Ainun Habibie.
• Detik-detik Sebelum BJ Habibie Meninggal Dunia, Sempat Teteskan Air Mata di Depan Quraish Shihab
• Kisah Kenangan BJ Habibie, Lain dari Era Soeharto, Di Depan Habibie Menteri Berani Menggebrak Meja
Dilansir Kompas.com, Deputi Direktur Keuangan Urusan Pendanaan PT Regio Aviasi Industri (RAI) Desra Firza Ghazfan, mengatakan, Habibie adalah salah satu saja dari angkatan pertama generasi dirgantara yang dikirimkan Bung Karno ke luar negeri.
Tujuannya satu : belajar membuat pesawat.
Semasa muda, tepatnya pada 1954, Habibie mulai menguliti serba-serbi mesin pesawat di Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung yang saat itu, masih bernama Universitas Indonesia.
Hanya hitungan bulan di ITB, ia kemudian melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule Jerman, hingga menerima gelar Diplom Ingenieur pada 1960.
Lalu, gelar berikutnya adalah Doktor Ingenieur pada 1965 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Habibie memiliki rumus yang dinamakan "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.
Habibie pun dijuluki "Mr Crack" karena keahliannya itu.
Di Jerman, Habibie pernah menjadi Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau Gmbh.
Dia bahkan menjadi wakil presiden dan direktur teknologi, serta penasehat senior perusahaan itu.
Habibie juga sempat bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm, perusahaan penerbangan yang berpusat di Jerman, sebelum kembali ke Indonesia pada 1973.
Ia memenuhi permintaan Presiden Soeharto untuk mengabdikan ilmunya di Indonesia.
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com pada Februari 2017, Habibie menyatakan, tidak bisa dibayangkan apabila Indonesia tidak memiliki pesawat terbang.