Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Pemuda Gunung Angkat Seni Jadi 'Senjata' Sejahterakan Warga hingga Ampuh Hadang Hoax

Kisah pemuda dari lereng Gunung Telomoyo bernama Trisno tak bosan kembangkan seni dan budaya melalui Desa Menari serta Outbond nDeso demi desanya.

Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Asep Abdullah Rowi
Istimewa
Sebagian anak-anak yang mengikuti Desa Menari yang dibimbing pemuda bernama Trisno saat Festival Lereng Telomoyo bertema #DolanNgrawan. 

Meskipun tidak mudah, tetapi semenjak suami dari Nuryanti (38) itu merintis Desa Menari dengan segala keterbatasan, akhirnya membuahkan hasil.

Dia menceritakan belasan tahun silam warga di kampunya hanya 'nrimo ing pandum' meskipun kehidupan desa sudah tentram dan damai.

Karena memang hampir mayoritas warga bertani, beternak sapi hingga berkebun sayur-mayur.

"Hanya saja yang menjadi gelisah saya kenapa ada potensi di desa dengan kesenian tari tidak dikembangkan dengan baik dan kemas menjadi periwisata yang mengasilkan desa," aku dia.

Kepala BNPT Sebut Pernah Ada Dekan Gagal Jadi Rektor Karena Ketahuan Berafiliasi dengan Terorisme

Kasubdit Kontra Propaganda BNPT: Dialog Lintas Agama Sesuai Arahan Jokowi

MAFINDO Kampanyekan Program Stop Hoax Indonesia di CFD Solo

Lantas dia perlahan demi perlahan menggandeng anak-anak muda melalui 'Outbond nDeso' yang di antaranya menyajikan homestay memanfatakan rumah warga, bercocok tanam, beternak (memeras susu sapi), pasar rakyat saat ada pengunjung hingga sajian kesenian.

Seperti Tari Kuda Lumping, Warok, Topeng Ayu hingga Kuda hingga Kuda Kiprah.

Jalan yang ditempuh akhirnya diganjar dengan sebuah penghargaan Pemuda Pelopor Bidang Peternakan Jateng tahun 2009 yang digelar Pemprov Jateng kala itu.

"Singkat cerita pada selama 2013 kami naik-naiknya, karena pengunjung selama setahun bisa mencapai ribuan tepatnya 2.400-2.500 orang," aku dia.

"Pada tahun-tahun setelah itu Alhamdulillah terus naik hingga sekarang melalui acara yang kami kemas Festival Lereng Telomoyo," jelasnya menegaskan.

Tak tanggung-tanggung pada puncak keemasan tersebut, penghasilan dari Desa Menari bisa menembus seperempat miliar atau Rp 250 juta.

Dia menceritakan selama belasan tahun mengembangkan Desa Menari yang menawarkan Outbond Ndeso dengan berbagai kegiatan di antaranya kesenian dan kebudayaan itu, tidak hanya kedamaian desa terjaga.

Tetapi nilai-nilai leluhur tetap dipertahankan, apalagi selama 300-an tahun sebelumnya desa tersebut sudah dikenal dengan kesenian tarinya.

"Lewat seni ini masyarakat, baik anak-anak, kaum muda hingga tua bisa terbentingi dari hal-hal negatif termasuk hoax," aku dia.

Bahkan saat ada tamu yang berkunjung masyarakat berbondong-bondong 'menyulap' rumah jadi homestay, membuat bangunan pasar rakyat yang membelah tengah desa, menyiapkan makanan, hingga menyiapkan anak-anak dan anak muda untuk menyajikan tarian-tarian.

"Ada unsur gotong royong di sana, dan selama belasan tahun sudah terbangun," ungkap dia.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved