Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Pemuda Gunung Angkat Seni Jadi 'Senjata' Sejahterakan Warga hingga Ampuh Hadang Hoax

Kisah pemuda dari lereng Gunung Telomoyo bernama Trisno tak bosan kembangkan seni dan budaya melalui Desa Menari serta Outbond nDeso demi desanya.

Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Asep Abdullah Rowi
Istimewa
Sebagian anak-anak yang mengikuti Desa Menari yang dibimbing pemuda bernama Trisno saat Festival Lereng Telomoyo bertema #DolanNgrawan. 

"Artinya ya sudah menghasilkan, bisa untuk menambah pundi-pundi mencukupi kebutuhan hidup anggota," harap dia membeberkan.

Apa yang dilakukannya juga disorot oleh banyak pihak, karena mempertahankan kearifan lokal hingga membantu menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.

Di antaranya Trisno mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 kategori Lingkungan hingga bantuan-bantuan dari kementerian masuk di desanya yang sebelumnya tidak terkenal.

Seperti mendapatkan bantuan dari Dinas Peternakan Kabupaten Semarang hingga dijuluki menjadi Desa Sejahtera Mandiri dari Kementerian Sosial (Kemensos).

Bahkan dengan itu, ada puluhan anak yang memang selama ini konsen dalam kesenian di dalam desa mendapatkan beasiswa pendidikan dari lembaga swasta hingga pemerintah.

Waspada Ancaman Terorisme, BNPT Silaturahmi Bersama Takmir Masjid di Solo Raya

BNPT Gelar Dialog Lintas Agama Cegah Paham Radikal dan Terorisme

Dia menambahkan, melalui program di desanya yang dibangun selama belasan tahun ini, lantas menimbulkan efek postif, karena mau tidak mau 'mensenyapkan' orang-orang untuk tidak fokus pada ponsel yang memiliki jaringan internet.

"Kalau misalnya saat kegiatan di kampung padat hingga seminggu melayani pengunjung, mulai dari anak-anak hingga yang muda fokus menari atau festival, jadi tidak mainan ponsel," aku dia.

"Bahkan orang-orang tuanya juga fokus gotong royong menyiapkan segala macam untuk tamu, mulai masak, homestay hingga pasar rakyat," jelasnya menekankan.

Dengan itu ternyata menjadi salah satu senjata efektiv sehingga orang-orang yang terlibat dalam kegiatan mencapai 100 orang lebih di dusunnya, tidak terpapar informasi-informasi sesat seperti hoax.

"Coba kalau di desa tidak ada kegiatan sama sekali, pasti orang yang punya ponsel atau bisa mengakses apapun akan mainan barang itu terus," terang.

"Tapi kan jika ada agenda orang akan lupa dengan hal-hal itu, akan menambah kuat gotong royong di desa bahkan menambah kesehteraan karena kan pasti dapat penampatan lebih tanpa harus pergi ke kota," tuturnya.

Nafas Budaya untuk Bangsa

Menurut Pakar Kebudayaan dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo Prof Sahid Widodo, kearifan lokal menjadi hal yang paling penting di era disrupsi informasi dan era post-truth.

Mengingat pada era tersebut, produksi berita bohong (hoax) tidak terhindarkan yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab.

Adapun di Indonesia ada berjuta-juta kearifan lokal sehingga bisa menjadi cara ampuh membendung hoax hingga dirupsi informasi.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved