Berita Solo Terbaru
Kisah Pijat Tunanetra Solo, ke Hotel Rp 100 Ribu, ke Rumah Seikhlasnya, Pernah Ditinggal Tak Dibayar
Ada kisah menyentuh dari penyedia jasa pijat tunanetra di Solo yang berasal dari Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) bernama Muhammad Syukri.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Ada kebetulan guru dari Solo suruh (pilih) antara Malang sama Solo, terus saya pilih Solo saja," tutur Supriyadi.
"Kebetulan dia bantu juga saya ke sini," tambahnya.
Supriyadi mengatakan, ia harus banting tulang untuk membiayai sekolahnya.
"Saya sendiri di sini (Solo) gak punya keluarga, ndak punya biaya, padahal di SLB sebenernya gak ada yang gratis," kata Supriyadi.
"Cuma saya nekat-nekat aja, dulu minta misalnya keringanan biaya, SPP aja bayarnya, asramanya gratis," imbuhnya.
Supriyadi bahkan harus menyembunyikan kondisi keluarganya saat bersekolah di Solo.
"Saya cuma kan menutupi orang tua, disini bilangnya orang tua saya gak mampu, tapi memang gak mampu dan gak memperhatikan," tutur Supriyadi.
• Viral Kisah Anak Tukang Bubur Novi yang Buka Donasi untuk Biaya Kuliah di Turki, Inilah yang Terjadi
• Viral Penjual Cilok Cantik di Kawasan Bandara Adi Soemarmo Solo Bikin Gagal Fokus, Ini Kisahnya
Penyambung Hidup
Profesi penyedia jasa pijat dipilihnya untuk menyambung hidup.
"Saya bisa sedikit pijat diajari sama yayasan, sama guru juga," ucap Supriyadi.
"Kalau di Lombok itu Pak Abdullah Masar sama Pak Slamet Widodo, kalau di Solo itu Pak Naryo, sudah meninggal semua itu," tambahnya.
Supriyadi mengungkapkan, ia diajarkan berbagai macam massage yakni sport massage, terapi zona, segement, dan meredian.
"Yang diterapkan terapi zona, kalau bahasa sekarang, gampangnya, refleksi," ungkap Supriyadi.
Stasiun Jebres Solo menjadi tempat Supriyadi memulai profesi penyedia jasa pijat.
"Dulu ikut temen-temen, pertama kali kita dulu bener-bener susah, sampai gelar tikar di sebelahnya Stasiun Jebres," tutur Supriyadi.