Ibu Ajak Anak Bunuh Diri di Wonogiri
Ibu yang Ajak 2 Anaknya Bunuh Diri Tulis Wasiat soal Pemakaman, Ini yang Dilakukan Keluarga
Ibu yang Ajak 2 Anaknya Bunuh Diri Tulis Wasiat soal Pemakaman, Ini yang Dilakukan Keluarga
Penulis: Ryantono Puji Santoso | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ryantono Puji Santoso
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Keluarga W (38), ibu asal Desa Bakalan, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri, yang mengajak 2 anaknya bunuh diri menenggak obat hama, akhirnya menyanggupi wasiat yang ditulis W kepada keluarga.
Keluarga akhirnya memutuskan untuk memakamkan jenazah W satu liang dengan jenazah anaknya, KT (7).
• Hanya 13 Kata, Inilah Wasiat Terakhir Ibu yang Bunuh Diri Bersama Anaknya di Wonogiri
• Terungkap, Ibu yang Ajak 2 Anaknya Bunuh Diri di Wonogiri, Ternyata Bertahun-tahun Alami Depresi
Sebelumnya, W menulis wasiat bertuliskan : "Nek aku mati aku pengen dikubur karo keluargaku ditumpuk nak ora tak dendeni (kalau saya meninggal saya mau dikubur sama keluarga saya ditimpuk/dijadikan satu liang lahat, kalau tidak mau dihantui)".

Kaur Kesra Desa Bakalan, Arif Santoso, mengatakan, keluarga sudah menyanggupinya.
"Soal wasiat sudah seperti apa yang dituliskan, " aku Arif, kepada TribunSolo.com, Jumat (13/12/2019).
W dan KT dimakamkan Kamis (12/12/2019) sore.

Warga melakukan penguburan jenazah korban satu liang dengan anak korban KT seperti apa yang diminta.
"Sudah dikubur kemarin sore, dijadikan satu lubang dengan anaknya yang nomor dua," papar Arif.
Wasiat Terakhir
Peristiwa seorang ibu yang mengajak dua anaknya bunuh diri dengan meminum insektisida, menggegerkan Desa Bakalan, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri, Kamis (12/12/2019).
Ibu itu diketahui bernama W (38).
Ia diyakini mengajak kedua anaknya, yakni KT (7) dan ZI (10), minum insektisida atau obat hama bersama-sama.
Informasi yang diterima TribunSolo.com, racun serangga yang dipakai adalah Furadan.
Furadan biasanya digunakan untuk insektisida di persawahan.
Kapolsek Purwantoro Iptu Aris Joko Narimo menyebut, pihaknya masih menyelidiki kasus ini.
Termasuk, apa motif W, bunuh diri dan begitu tega mengajak anaknya melakukan hal serupa.
Nah, selain obat hama, polisi juga mengamankan barang bukti lain, berupa secarik kertas bertuliskan tulisan tangan, yang diyakini ditulis oleh W.
Kertas itu dirobek dengan tidak rapi.
Bagian pingir dari kertas itu, terlihat benar kalau kertas itu dirobek tidak menggunakan alat potong, dengan cara tergesa-gesa.
W kemudian diduga menulis menggunakan pulpen warna hitam.
Ia menulis satu kalimat panjang, menggunakan bahasa Jawa Ngoko.
Total, hanya 13 kalimat yang ditulisnya.
Kalimat ini berisi wasiat, atau permintaan terakhir W yang diharapkanya akan dilakukan keluarga, setelah dia tewas.
Wasiat itu berbunyi : "Nek aku mati aku pengen dikubur karo keluargaku ditumpuk nak ora tak dendeni (Kalau saya mati saya ingin dikubur bersama keluargaku dengan cara ditumpuk, kalau tidak aku akan menghantui).
Si Anak Sempat Merangkak
Dalam peristiwa ini, W dan anak keduanya, KT, tewas.
Satu orang yakni anak pertama W, yakni ZI kritis dan dirawat di RS Ponorogo.
Peristiwa nahas ini terungkap setelah ZI merangkak ke rumah neneknya.
"Rumah neneknya tak jauh dari rumah korban masih satu lingkungan," kata Iptu Aris Joko.
Saat itu Zaki sambil menahan sakit meminta tolong.
Mengetahui hal tersebut nenek korban melakukan pertolongan kepada para korban dibawa menggunakan mobil ke rumah sakit.
"Tapi saat dilihat di rumah, W dan KT sudah dalam kondisi sekarat," terang Iptu Aris Joko.
Depresi
W, Ibu yang mengajak anaknya bunuh diri minum obat hama di Desa Bakalan, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri diduga mengalami depresi.
Kaur Kesra Desa Bakalan, Arif Santoso, mengatakan, warga menduga Winarsih sudah mengalami depresi selama 8 tahun terakhir ini.
Dia jarang terlihat keluar rumah, kecuali mengantar anaknya bersekolah.
Warga juga tidak tahu apa penyebabnya dia sampai depresi seperti itu.
Namun dia di rumah bersama anaknya, dan suaminya kerja di Jogjakarta.
"Sudah sejak lama warga menduga depresi memang karena menutup diri," papar Arif Santoso, Jumat (13/12/2019).
Arif mengatakan, W sepertinya tak punya masalah dengan suaminya.
"Suaminya juga sering datang ke sini (rumah korban)," kata Arif Santoso.
Pihaknya tidak memiliki persoalan dengan warga namun diketahui semenjak menutup diri dia diduga depresi. (*)
*Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa. Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri, satu di antaranya adalah Hotline Psychology Mobile RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta 08122551001