Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Mengenal Narkotika Jenis Amfetamin yang Diduga Dikonsumsi Medina Zein, Seberapa Buruk Efeknya?

Kombes Pol Yusri Yunus, yang mengatakan Medina Zein terbukti positif mengonsumsi narkotika jenis Amfetamin.

Editor: Hanang Yuwono
Instagram.com/medinazein
Medina Zein positif narkoba 

TRIBUNSOLO.COM - Pengusaha dan selebgram Medina Zein disebut polisi positif mengonsumsi narkoba.

Keterangan itu disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, yang mengatakan Medina Zein terbukti positif mengonsumsi narkotika jenis Amfetamin.

"Setelah kita lakukan pemeriksaan dan kita tes urine positif mengandung amfetamin. Positif dan memang yang bersangkutan pemakai," ujar Yusri, dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com di Kantor Humas Polda Metro Jaya, Senin (30/12/2019).

Yusri mengatakan, sebelumnya Polda Metro Jaya dua hari lalu mengamankan salah seorang wanita inisial MZ yang diketahui merupakan adik ipar dari Ibra Azhari yang terlilit kasus narkoba.

Medina Zein Disebut Positif Gunakan Narkoba, Akun Instagramnya Digeruduk Netizen

Terungkapnya kasus Medina merupakan hasil keterangan kakak iparnya sendiri yang merupakan tersangka yang lebih dulu diamankan polisi.

Tidak hanya dari tes urine, keterangan Medina sebagai penyalahgunaan narkotika didapat dari keterangan beberapa saksi kerabat dekat Medina.

Medina Zein positif narkoba
Medina Zein positif narkoba (Instagram @medinazein)

"Kita ada beberapa keterangan saksi yang kita ambil termasuk beberapa temannya," jelas Yusri.

Saat ini, Medina diamankan oleh kepolisian di penahanan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.

Sebelumnya diberitakan, pengusaha Medina Zein diamankan oleh Polda Metro Jaya terkait kasus narkoba yang menimpa kakak iparnya, aktor Ibra Azhari.

Kakak Ipar Terjerat Kasus Narkoba, Polisi Amankan Medina Zein

Menurut Yusri, Medina dibawa ke Polda Metro Jaya untuk digali keterangan soal kasus Ibra.

"Sementara diamankan untuk diambil keterangannya. Masih didalami perannya sebagai apa," ujar Yusri.

Terkait jenis narkoba Amphetamin atau Amfetamine yang diduga dikonsumsi Medina Zein, merupakan obat yang pertama kali dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang sumbatan hidung (dekongestan).

Pada perkembangannya, Amfetamin bisa menjadi obat untuk menangani gangguan narkolepsi, Attention Deficit Disorder with Hyperactivity (ADHD), penyakit Parkinson, dan obesitas.

Amphetamin memiliki wujud berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan.

Adapun jenis amfetamin, yaitu MDMA (Metil Dioksi Metamfetamin) dan metamfetamin.

MDMA biasa dikenal dengan nama ekstasi atau nama lain dari fantacy pils dan inex.

jenis narkoba sabu
Ilustrasi narkoba (pixabay)

Sementara metamfetamin punya nama lain shabu, SS, ice.

Eefek Metamfetamin disebut lebih kuat, terutama daya halusinasinya.

Amphetamin biasa dikonsumsi lewat cara diminum dalam bentuk pil.

Atau pengguna yang menyalahgunakan biasa memakai kertas aluminium foil dan asapnya dihisap melalui hidung (kristal), atau dibakar dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus.

Beberapa pengguna juga mengonsumsi Amphetamin dalam bentuk kristal lewat suntikan ke dalam pembuluh darah (intravena).

Efek Samping Amphetamin

Adapun orang yang mengonsumsi Amphetamin bisa merasakan efek jantung berdebar-debar, suhu badan naik, insomnia, merasa sangat bergembira (euforia).

Lalu merasa dihasut, banyak bicara, menjadi lebih agresif, nafsu makan berkurang, dan selalu merasa haus.

Laporan lain menyatakan pengguna juga kerap berkeringat, tekanan darah meningkat, mual dan sakit kepala, pusing, tremor atau gemetar, timbul rasa letih, takut dan depresi dalam beberapa hari, gigi rapuh, dan gusi menyusut.

Jika pengguna terlalu banyak mengonsumsi Amphetamine bisa menyebabkan komplikasi kronis seperti jenis narkoba lain.

Yakni gangguang jantung, sistem syaraf terganggung, gangguan pencernaan, potensi gagal ginjal.

Dalam kasus yang lebih parah, kecanduan Amphetamine bisa bisa menyebabkan gangguan jiwa seperti kokain.

Oleh karena Amphetamine bisa menyebabkan kecanduan, dalam kasus untuk pengobatan WAJIB dengan resep dokter.

Dokter yang menganjurkan obat jenis ini biasanya sangat berhati-hati.

Orang yang diresepkan obat ini juga harus diawasi secara ketat oleh dokter agar tidak kecanduan. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved