Viral Hijab SMAN 1 Gemolong
Disdik Jateng Turun Tangan Soal Intimidasi Berhijab SMAN 1 Gemolong Sragen, Cari Fakta Komprehensif
Dinas Pendidikan Wilayah Jateng VI turun tangan melakukan penelusuran kejadian intimidasi via WhatsApp (WA) agar siswi berhijab di SMAN 1 Gemolong.
Penulis: Ryantono Puji Santoso | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ryantono Puji Santoso
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN -- Dinas Pendidikan (Disdik) Wilayah Jateng VI turun tangan melakukan penelusuran kejadian intimidasi via WhatsApp (WA) agar siswi berhijab di SMAN 1 Gemolong Sragen.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Jateng VI, Eris Yunianto mengatakan, pihaknya perlu melakukan klarifikasi dari semua pihak.
Hal ini untuk menemukan fakta secara komprehensif atau lengkap.
"Kita perlu tanya dari kepala sekolah, pihak orang tua, semuanya jadi lengkap," kata Eris Yunianto kepada TribunSolo.com, Kamis (9/1/2020).
Pihaknya tidak ingin mendapatkan keterangan yang hanya sepotong.
Menurut dia, adanya perbedaan pendapat dalam kejadian ini adalah dinamika kelompok.
Apalagi dalam komunitas sekolah tentu ada banyak anak yang harus diawasi dan masing - masing memiliki persepsi yang berbeda.
"Kita tidak bisa gegabah, harus pantau perkembangan yang ada," kata Eris.
Pihaknya akan meluruskan kejadian ini dan segera mengambil tindakan untuk dilakukan secepatnya.
Sampai saat ini mereka terus melakukan klarifikasi.
Sempat Viral
Beberapa hari terakhir ini heboh kabar siswi di Sragen diintimidasi untuk berhijab oleh rekannya yang tergabung dalam organisasi intra SMAN 1 Gemolong.
• Berikut Kronologi Versi Sekolah Terkait Kabar Intimidasi Berhijab Siswi SMAN 1 Gemolong Sragen
• Heboh Siswi SMAN 1 Gemolong Sragen Diintimidasi via WA Agar Berhijab, Begini Penjelasan Sekolah
AP orang tua siswi berinisial Z menceritakan, anaknya bersekolah di SMAN 1 Gemolong tidak menggunakan hijab.
Awalnya anaknya Z tersebut diajak oleh Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah tersebut untuk berhijab.
"Kalau guru itu menghimbau berhijab, kita senang karena diingatkan dan namanya ibadah memang harus saling mengingatkan," papar AP kepada TribunSolo.com, Kamis (9/1/2020).
Setelah itu, tidak begitu lama ada kelompok organisasi yang mengirim pesan WhatsApp (WA) pada anaknya Z.
Adapun pesan WA tersebut, intinya berisi masalah azab bagi yang tidak berhijab dan konsekuensi muslim yang tidak berhijab.
"Awalnya saya anggap wajar karena tumbuh kembang anak," papar AP.
Namun tidak berhenti, justru setiap hari nomor dari organsasi tersebut terus mengirimkan pesan serupa.
Anaknya Z kemudian bercerita pada dirinya tentang teror tersebut dan disarankan untuk memblokir nomor organisasi tersebut.
Namun, setelah diblokir ternyata masih banyak nomor lain yang masuk mengirimkan pesan untuk Z agar berhijab.
"Terakhir, saya mengajak ketemuan nomor yang mengintimidasi anak saya untuk berbicara agar mencari sumber masalah dan solusinya biar semua enak," papar AP.
"Tapi jawabannya luar biasa bagi saya, katanya ketemu tapi tidak tahu dalil untuk apa," jelas dia.
"Justru saya malah disuruh ketemu guru PAI," terang AP menegaskan.
Anak organisasi tersebut juga malah menantang untuk melihat saat di akhirat nanti.
Orang yang mengirimkan pesan WA pada Z juga meminta agar tidak membawa masalah ini ke sekolah karena ini tetang agama.
"Sejak kapan tidak boleh membawa masalah ke sekolah, ini harus diselesaikan di sekolah," papar AP.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Gemolong Parmono mengatakan, persoalan itu sudah diselesaikan oleh pihak sekolah.
"Sudah bertemu semua dan diselesaikan," papar Paranono.
Pihaknya menyatakan bahwa pesan tersebut hanya mengingatkan untuk Z mengenakan hijab.
Orang tua, perwakilan organisasi dan pihak sekolah sudah bertemu dan membicarakan hal tersebut.
Dikatakan, intinya tidak ada paksaan untuk berhijab di sekolah, namun sekolah hanya mengajak.
"Sekolah juga tidak mewajibkan, semuanya tidak ada paksaan dari sekolah," papar Parmono. (*)