Raja Agung Sejagat Purworejo
Tanggapi soal Keraton Agung Sejagat Purworejo, Sosiolog: Manfaatkan Warga yang Ingin Jadi Ningrat
Kemunculan Keraton Agung Sejagat yang dipimpin Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya, Dyah Giatrja yang sering dipanggil Kanjeng Ratu.
TRIBUNSOLO.COM - Kemunculan Keraton Agung Sejagat yang dipimpin Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya, Dyah Giatrja yang sering dipanggil Kanjeng Ratu, karena memanfaatkan kebanggaan masyarakat menjadi ningrat.
Sehingga, keraton yang ada di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo ini mudah mencari pengikut.
Menurut Sosiolog Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom) Universitas Kristen Satya Wacana, Dr Sri Suwartiningsih, Totok Santosa memanfaatkan pengikutnya yang ingin menjadi ningrat atau kerabat keraton.
"Karena itu pada saat ada peluang untuk menjadi orang yang terhormat dalam hal ini orang keraton dan menggunakan seragam megah, mereka sudah tidak rasional lagi," jelasnya, Rabu (15/1/2020).
• Misteri Totok Santosa Pendiri Kraton Agung Purworejo, Tahun 2016 Pernah Pikat 10 Ribu Orang di Jogja
• Grebeg Maulud Kraton Solo, Doa Belum Selesai, Warga Sudah Berebut Gunungan
Menurut Sri, stratifikasi sosial masih menempatkan kaum priyayi ada di atas.
"Maka pak Toto memiliki kecerdasan licik dalam menggaet warga yang masih pada tataran feodalisme ini. Dia mencoba mencari keuntungan dari peluang ini," tegasnya.
Apalagi, pengikutnya diiming-iming dengan jabatan dan gaji dolar sehingga banyak yang berminat.
"Namun sebenarnya bukan uang yang mereka merasa bangga, namun masyarakat Purworejo yang notabene masih masyarakat desa dan setengah kota, menjadi orang keraton menganggap menaikan status sosial," paparnya.
Sri menilai mereka bangga pada saat memakai seragam dan juga menjadi bagian dari keraton ciptaan Toto yang pintar mengambil peluang ini.
• KKN di Desa Penari Viral, Ini Cerita Ritual Penari Bedaya Ketawang di Kraton Solo: Harus Perawan
• Wisata Kuliner Solo, Timlo Enak? Coba Dulu Timlo Kratonan di Jalan Yos Sudarso
"Masyarakat kita masih rawan akan hal ini. Dengan kondisi masyarakat yang masih pada cara berpikir kolonial dan feodal inilah maka sosok pak Toto menjadi lebih bisa melebarkan sayapnya," ungkapnya.
Dia juga berharap agar media sosial dan media massa dapat mengisi konten dengan hal yang berkualitas sehingga dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Tujuannya agar orang-orang yang mau menyesatkan masyarakat tidak dapat ruang," harap Sri Suwartiningsih.
(Dian Ade Permana)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sosiolog: Keraton Agung Sejagat Purworejo Manfaatkan Warga yang Ingin Jadi Ningrat"