Sudah 8 Bulan Antraks Menyebar di Gunungkidul, 27 Warga Positif Antraks
Dari sampel tanah yang dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates Yogyakarta ditemukan positif spora antraks.
“Yang mengirim (darah) dari dinas kesehatan, kami belum menerima (hasil laboratorium). sehingga pasien kita rawat, sampai membaik dan meninggal ini masih suspect (terduga),” kata Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari dr. Triyani Heni Astuti, Jumat (10/1/2020).
Sementara itu Kepala Desa Gombang, Kecamatan Ponjong Supriyanto, mengatakan ada tiga sapi ternak yang mati mendadak di wilayahnya.
Seekor sapi disembelih warga saat hampir mati dan dua sapi lainnya dikubur. Daging sapi yang disembelih kemudian dibagikan ke beberapa warga.
“Memang ada satu ekor yang disembelih. Itu sapi yang mati pertama,” ucapnya.
Mengantisipasi hal tersebut, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul melakukan penyemprotan desinfektan menggunakan formalin. di Desa Gombang, Kecamatan Ponjing.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Bambang Wisnu Broto mengatakan pembersihan dipusatkan di lokasi penyembelihan heean yang mati mendadak.
“Kami juga mengambil sampel tanah di beberapa tempat total ada sebanyak 50 sampel tanah yang kami kirim seperti sampel tanah seperti Semanu, Nglipar, Karangmojo,” katanya, Jumat (10/1/2020).
Sementara itu Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widiastuti menyampaikan, terhitung sejak Desember lalu, ada 21 sapi dan 15 kambing yang diketahui mati mendadak.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Gunungkidul Asman Latif mengatakan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengimbau warga menghindari budaya brandu.
Budaya brandu adalah menyembelih hewan ternak sebelum mati dan dagingnya kemudian dibagikan.
"Jangan sampai budaya brandu yang sering dilakukan justru berdampak buruk," ungkap Asman Latif.
Ia menekankan agar masyarakat tidak menyembelih hewan yang mati atau sakit.
"Karena jika dagingnya dikonsumsi sangat berbahaya bagi kesehatan," ungkapnya.
Imbauan tersebut diperkuat dengan surat edaran yang disebar oleh Dinas Kesehatan yang berisi larangan bagi masyarakat mengonsumsi hewan ternak yang sakit dan mati.
Sementara itu Kepala Dusun Ngrejek Wetan, Narsiko mengatakan warganya biasa menyembelih sapi yang sudah sakit dan kemudian dagingnya dijual ke warga.