Solo Tuan Rumah Piala Dunia U20
Kawasan Luar Pagar Stadion Manahan Disterilkan Selama Piala Dunia U-20, Begini Reaksi Paguyuban PKL
PKL Ngudi Rejeki, Purwadi angkat bicara terkait wacana penataan PKL kawasan luar pagar Stadion Manahan Solo jelang Piala Dunia U-20.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) Ngudi Rejeki, Purwadi angkat bicara terkait wacana penataan PKL kawasan luar pagar Stadion Manahan Solo jelang Piala Dunia U-20.
Terlebih, Stadion Manahan menjadi satu di antara enam stadion yang terpilih sebagai penyelenggara Piala Dunia U-20 pada 24 Mei 2021 sampai 12 Juni 2021.
Disamping itu juga, kawasan di luar pagar stadion tersebut juga termasuk dalam ring tiga yang harus steril.
Purwadi mengatakan Pemkot Solo lebih baik memberikan apresiasi yang sepadan ke para PKL apabila benar-benar akan ditata.
• Begini Curhatan PKL di Kawasan Manahan Solo yang Pasrah Tak Boleh Berjualan Selama Piala Dunia U-20
• UPDATE Dugaan Bunuh Diri di Rel KA Flyover Manahan Solo, Korban Pernah Gagal Nyaleg di Boyolali
"Kalau pun pihak sana pihak Pemkot Solo tidak boleh berjualan, paling tidak ada apresiasi, para PKL akan ditempatkan di mana," kata dia kepada TribunSolo.com, Selasa (4/2/2020).
Purwadi menuturkan para PKL menggantungkan hidupnya dari hasil berjualan mereka di kawasan luar pagar Stadion Manahan Solo.
Apalagi, penataan PKL akan dilakukan enam bulan sebelum Piala Dunia U-20 dihelat.
"Para PKL disini bergantung hidup dari jualan di sini kalau enam bulan sudah mukai ditata dan belum tahu tempatnya, dari mana mereka dapat penghasilan untuk makan, untuk mengangsur ini dan itu," tutur Purwadi.
• 4 Fakta Tewasnya Pria yang Pernah Gagal Jadi Anggota DPRD Boyolali di Rel Flyover Manahan Solo
• Mantan Caleg Boyolali yang Tabrakkan Diri ke Kereta di Rel Flyover Manahan Solo Dikenal Sosok Ramah
"Tentunya, itu berat bagi para PKL," imbuhnya menekankan.
Purwadi khawatir bila penataan kawasan luar pagar Manahan akan membuat para PKL kehilangan pelanggan mereka.
"Ibaratnya daerah sini itu sudah jadi jujukan bagi masyarakat, kalau harus ditempat yang jauh, belum tentu ada yang tahu," ucap dia.
"Istilahnya kami harus babat alas lagi memulai dari nol lagi," tambahnya.
Purwadi berharap ada alternatid yang ditawarkan Pemkot Solo apabila penataan PKL benar-benar dilakukan.
"Kalau tidak boleh, sebaiknya ada alternatif, di mana tempat yang baru atau bagaimana, paling tidak kami bisa jualan," harapnya. (*)