Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Cerita Kakek Asal Bayat Klaten Jualan Angkringan selama 50 Tahun, Keukeuh Tak Ingin 'Pensiun'

Seorang kakek asal Desa Ngerangan, Bayat, Paidi (70), sudah berjualan angkringan selama 50 tahun.

Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
TRIBUNSOLO.COM/MARDON WIDIYANTO
Paidi (70) sedang menjualkan dagangannya di Angkringan di Jalan Ki Hajar Dewantara, Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Klaten, Sabtu (29/2/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Seorang kakek asal Desa Ngerangan, Bayat, Paidi (70), sudah berjualan angkringan selama 50 tahun.

Diketahui Kabupaten Klaten sudah mempromosikan Desa Ngerangan, Bayat, sebagai lokasi cikal bakal lahirnya angkringan.

Saat ini, desa ini sudah menjadi ikon angkringan yang sudah dikenal di penjuru Klaten.

Truk Pasir Terguling di Sawah Gara-gara Sopir Hilang Konsentrasi saat Bersihkan Kaca ketika Nyetir

Sebagian besar warga Ngerangan, Bayat banyak menyambung hidupnya dengan berjualan Angkringan.

Paidi, kakek ini biasa berjualan angkringan seorang diri di pojok Kampus Universitas Widya Dharma (Unwidha) Klaten.

Paidi mempunyai seorang istri yang saat ini masih bekerja sebagai petani.

Pria paruh baya ini sudah memiliki 5 anak dan 17 cucu.

Paidi sudah mulai berjualan seperti ini saat ia masih muda, sekitar umur 20 tahun.

Tarif KA Bandara BIAS-Klaten Turun, dari Rp 15 Ribu Jadi Rp 10 Ribu

"Saya, mulai berjualan angkringan sejak umur 20 tahun," ucapnya sambil meracik minuman yang akan disajikan kepada pembeli.

Paidi memulai berjualan di Kota Solo dengan berkeliling membawa gerobak angkringannya.

Pada saat ia masih muda, angkringan saat itu belum seperti sekarang, dengan gerobak.

"Saat itu angkringan masih dipikul," kata Paidi saat ditemui TribunSolo.com, Sabtu (29/2/2020).

Harga Tiket Masuk Umbul Ponggok Klaten 2020, Cocok untuk Liburan Akhir Pekan

Ia membawa barang dagangannya berkeliling Kota Solo.

Hingga pada 1994, ia kembali ke kampung halamannya.

Namun ia tidak betah menganggur, akhirnya ia memutuskan membuka angkringan lagi.

Saat itu ia keluar dari zona nyamannya di Ngerangan, Bayat, menuju ke pusat kota.

Lalu, ia menemukan tempat yang cocok untuk ia bisa berjualan.

Pasca-Insiden Truk Hantam Kereta di Lintasan Rel Klaten, PT KAI: Kami akan Tuntut Sopir Truk

Walaupun dirinya sudah diminta anak-anaknya untuk beristirahat, namun ia tidak mau.

Ia tetap keukeuh ingin berjualan angkringan seperti biasanya.

"Saya sempat diminta anak-anak saya untuk berhenti berjualan, saya ya enggak mau terima permintaan anak untuk saya bisa istirahat, saya tetap ingin berjualan," ungkapnya.

Ia akhirnya kembali berjualan angkringan pada 1994.

"Tahun 1994, saya akhirnya bisa berjualan lagi dan anak-anak mengizinkan saya tetap berjualan," aku dia.

Manfaatkan Tanah Kas Desa yang Tak Produktif,Wisata Air Umbul Pluneng Klaten Tambah Wahana Waterpark

Hingga sekarang, ia tetap berjualan angkringan yang berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantara, Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten.

Ia menjajakan bermacam-macam gorengan, nasi oseng, nasi teri, nasi bandeng dan nasi belut, macam-macam minuman, dan hidangan lainnya.

Ia berjualan mulai pukul 09.00 WIB hingga tengah malam. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved