Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Solo KLB Corona

Banting Stir Jual Masker Kain, Ini Kisah Warga Solo Bertahan Hidup saat Corona Demi Makan & Cicilan

Agus mengaku kini bisa ia mengantongi kurang lebih Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per harinya.

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Adi Surya
Agus Purwanto setelah menjadi penjual masker dadakan demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari di sisi barat Pengadilan Negeri Solo, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Selasa (14/4/20200. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Penjual masker kain kecipratan rezeki di tengah pandemi Corona.

Masker-masker kain yang dijual mereka laku keras diburu masyarakat.

Agus Purwanto menjadi satu di antara banyak penjual masker kain yang kecipratan rezeki tersebut.

Ya, ia membuka lapak di sisi barat Pengadilan Negeri Solo, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan.

Begini Prediksi Pakar Ekonomi UNS Terhadap Ngerinya Dampak Corona yang Tak Hanya Akibatkan Krisis

3 Langkah untuk Dapatkan Kartu Pra Kerja, Ada Tes Motivasi dan Kemampuan Dasar Selama 15 Menit

Agus mengaku kini bisa ia mengantongi kurang lebih Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per harinya.

"Itu bisa sampai segini, misalnya pas ada orang-orang yang mencari masker kain saat ingin masuk ke bank, Senin lalu, katanya harus pakai masker kalau mau masuk," kata Agus kepada TribunSolo.com, Selasa (14/4/2020).

Agus bercerita ia membuka dagangan di sisi barat Pengadilan Negeri Solo lantaran lapak yang ia miliki di sebuah pusat perdagangan di Solo sepi pembeli karena berminggu-minggu didera Corona.

Adanya pembatasan jam operasional yang diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mempengaruhi pendapatannya.

Jualan Sepi Akibat Corona, Pedagang Sekitar UMS ini Kekeh Bertahan: Takut Pulang Merepotkan 

Akibat Corona, Sebanyak 685 Pekerja di Sukoharjo Terkena PHK, Kebanyakan dari Perusahaan Furniture

Ya, pusat perbelanjaan hanya boleh buka selama 9 jam, yakni dari pukul 11.00 WIB sampai 20.00 WIB.

"Ini sama-sama buat tambah penghasilan, dampak Corona sampai ke lapak saya yang ada di pusat perbelanjaan," tutur Agus.

"Hanya boleh buka dari pukul 11.00 WIB sampai 20.00 WIB, animo masyarakat jadi sedikit, yang ramai hanya yang menjual kebutuhan sehari-hari atau rumah tangga," imbuhnya membeberkan.

Agus terkadang harus menerima nasib dagangannya tak laku sedikitpun, ada yang laku pun hanya mengantongi maksimal Rp 50 ribu.

"Kadang ya zonk, dagangan yang laku ya cuma satu," ujarnya.

Kasus Covid-19 Terus Naik, Tenaga Medis di RSUD Bung Karno Solo Belum Siap Menangani

Pembatasan Jam Operasional Mall dan Tempat Kuliner di Solo Diperpanjang

Selain itu, bapak satu anak itu harus menerima realita retribusi pusat perbelanjaan harus dibayarkan penuh per bulannya.

"Retribusi utuh, Rp 850 ribu per bulannya, belum ada potongan sama sekali, ya, pusing juga jadinya," kata Agus.

Ia takut untuk mengajukan keringanan retribusi karena takut tidak boleh berjualan di pusat perbelanjaan tersebut.

Ditambah lagi, Agus juga masih memiliki angsuran yang harus dicicilnya per bulan.

"Jualan ini juga buat nutup angsuran rumah sebesar Rp 1,7 juta per bulan," ucap Agus. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved