Solo KLB Corona
Kemenhub Stop Pesawat Komersial, Sopir Taksi Bandara di Solo Menangis : Jual Sepeda Anak untuk Makan
"Buat beli bensin Rp. 50.000 sisanya tinggal Rp 15.000, Di rumah anak istri kelaparan, dapat apa duit segitu?," keluh dia.
Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com,Ilham Oktafian
TRIBUNSOLO. COM, BOYOLALI - Kebijakan Kemenhub menghentikan hapir semua akses transportasi umum, menambah sesak para pekerja di bidang tersebut.
Tak terkecuali, sopir taksi di Bandar Udara.
• FOTO : Suasana Bandara Adi Soemarmo Solo Terakhir Layani Penerbangan Komersial, Sopir Taksi Menangis
• Cerita Hendri, Begitu Dengar Bandara Ditutup, Langsung Kejar Pesawat Terakhir Naik Motor Madiun-Solo
Andri Yuli, sopir taksi Bandara Adi Soemarmo, mengaku kebingugan dengan kondisi yang ada.
Bagaimana tidak, sebelum ada penghentian operasional pesawat, penghasilan Andri sudah merosot tajam karena Pandemi Corona.
ia mengatakan, pendapatannya merosot sampai 80% lebih.
Bahkan, saat ini sopir taksi asal Mojosongo itu hanya mendapat penghasilan Rp 15.000 sehari.

Ia mengaku prihatin dengan keadaan sekarang, apalagi harus menghidupi seorang istri dan 2 anaknya.
"Saya narik dari sini ke Mojolaban Rp. 65.000," ungkap Andri saat ditemui TribunSolo.com Jumat (24/4/2020).
"Buat beli bensin Rp. 50.000 sisanya tinggal Rp 15.000, Di rumah anak istri kelaparan, dapat apa duit segitu?," keluh dia.
Dikatakan olehnya, tak jarang ia harus bertengkar dengan istrinya karena uang yang ia dapat tak mampu menutup biaya kehidupan rumah tangga.
Ia yang biasanya sabar, mendadak menjadi tempramental dengan musibah pandemi global seperti sekarang.
"Sampat ramai saya itu, cekcok sama istri karna minta dibelikan lauk dengan uang Rp 15.000," papar dia.
"Yang harusnya bisa sabar saya jadi temperamental," pungkasnya.
Jual Sepeda Anak
Beberapa waktu terakhir, Andri hanya mengangkut 1 penumpang dalam 4 hari, sudah barang tentu jika penghasilan hariannya menjadi jeblok.
Situasi pandemi yang belum usai, membuat tagihan bulanannya jalan terus.
Ia yang menghidupi seorang istri dan 2 orang anak mengaku mempunyai beberapa cicilan termasuk motor dan rumah.
Jika dijumlah mencapai Rp. 2.500.000 dalam sebulan, sedang penghasilan saat ini tak pernah mencapai total cicilannya.
"Haduh, saya ada banyak kalau cicilan," ujar Andri saat ditemui Jumat (24/4/2020).

"Ada dari BTN, motor sama rumah, totalnya Rp 2.500.000 dalam satu bulan," tambahnya.
Dari pihak OJK sendiri, diungkapkan oleh Andri, bahwa potongan cicilannya hanya sekitar 10%, karena tiap jasa kredit menetapkan aturan yang berbeda.
Mirisnya lagi, untuk menutup tagihan tersebut, saat ini ia hanya mengandalkan barang pribadinya di rumah.
"Di rumah yang dijual sudah banyak, teman-teman saya saksinya," ujarnya.
"Sampai bingung mau jual apalagi," keluh Andri.
Bahkan, ia sampai harus menjual sepeda anaknya demi membayar tagihan yang berjalan terus meskipun pandemi sangat menyulitkan kehidupan ekonominya.
Ia sangat sedih melihat anaknya tak punya sepeda lagi, dan hanya melihat teman sepermainanya asyik bermain sepeda.
"Sepeda anak saya sampai tak jual, itu yang membuat saya paling sedih," ungkap Andri.
"Anak kelas 5 SD kan lagi seneng senengnya main sepeda, sekarang saat temennya main sepeda anak saya cuman bisa ngelihatin," tambahnya.
Sebagai kepala rumah tangga, ia sedang berusaha keras untuk menjalankan kewajiban menafkahi keluarga.
Selain mengikuti Program Kartu Prakerja, ia saat ini sangat mengharapkan bantuan tunai dari pemerintah untuk sedikit meringankan biaya yang ia tanggung.
"Saya sempat daftar kartu prakerja, tapi ikut gelombang kedua, gak tau bisa lolos apa enggak," kata dia.
"Harapannya selain prakerja ya ada bantuan pemerintah seperti temen saya di Jakarta, setidaknya walaupun Rp. 600.000 mampu sedikit meringankan beban kami," terangnya.
Tentang keputusan pemerintah yang menutup operasional Bandara Adi Soemarmo per Jumat (24/4/2020) membuatnya dilematis.
Di satu sisi, ia mendukung kebijakan pemerintah sebagai upaya untuk mencegah meluasnya pandemi.
Namun, di sisi yang lain, rakyat kecil seperti dia minta diperhatikan juga oleh pemerintah, ia berharap mendapat bantuan agar situasi sulit ekonominya, tak makin buruk setelah bandara berhenti beroperasi.
"Saya mendukung kebijakan pemerintah, tapi harusnya ada kompensasi untuk rekan rekan taksi disini" ujarnya. (*)