Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Solo KLB Corona

Rawat Pasien Covid-19 Pakai Sistem Rolling, Perawat Asal Solo: Seperti Nunggu Undian Ujian Skripsi

NN, bukan nama sebenarnya, seorang perawat mengaku terkejut saat mendengar kabar duka pasien tersebut.

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
(AFP/OZAN KOSE)
ILUSTRASI - Petugas medis mengenakan pakaian pelindung mengawal perempuan yang diduga terinfeksi virus corona di Istanbul, Turki, pada 12 April 2020. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pengumuman seorang warga Solo terkonfirmasi positif Covid-19 kala itu begitu membekas di benaknya.

Bagaimana tidak, pasien tersebut sempat dirawat di rumah sakit tempatnya bekerja sebelum dirujuk ke rumah sakit rujukan lain daerah Kota Solo.

Pasien tersebut akhirnya meninggal dunia tatkala menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.

NN, bukan nama sebenarnya, seorang perawat mengaku terkejut saat mendengar kabar duka pasien tersebut.

Sukoharjo Jadi Wilayah dengan Kasus Corona Tertinggi di Solo Raya, Total Ada 26 Kasus Positif

"Waktu itu saya ingat ketika media heboh memberitakan pasien yang positif Covid-19 dan meninggalnya pasien yang dirawat di rumah sakit rujukan," kata dia kepada TribunSolo.com, Minggu (26/4/2020).

"Sebelumnya, dari rumah sakit tempat saya bekerja,"

"Pastinya syok luar biasa karena identitas pasien mana tidak tahu hanya bertanya-tanya pasien yang mana, sempat merawat atau tidak," imbuhnya membeberkan.

Setelah kejadian itu, proses skrinning riwayat kontak dengan pasien dilakukan terhadap tenaga medis maupun non medis rumah sakit tempatnya bekerja.

Berencana Mundur dari Pilkada 2020, Joko Sutopo: Kondisi seperti Ini, Tak Pas untuk Momentum Pilkada

Mereka yang sempat kontak kemudian harus dikarantina selama 14 hari guna meminimalisir penyebaran virus Corona.

Beruntungnya, ia tidak termasuk dalam hitungan yang menjalani karantina tersebut.

Meski begitu, rasa kekhawatiran tetap menjangkitinya sebelum akhirnya kabar jika pasien itu tidak dirawat di posnya bekerja muncul.

Kabar tersebut perlahan mulai mengusir rasa kekhawatiran dalam benaknya dan membuatnya sedikit lega.

Meski Berpuasa, Pemain Persis Solo Tak Kurangi Waktu Latihan, Kurma Jadi Menu Wajib saat Berbuka

"Lega meski khawatir dengan keadaan teman-teman yang menjalani karantina juga," tutur dia.

Tak berselang lama, rumah sakit tempatnya bekerja kembali mendapat seorang pasien yang memiliki gejala Covid-19.

"Jeda sekira 2 hari, kami merawat pasien, waktu itu skrinning /scoring pasien PDP belum seketat sekarang ini," ujar dia.

"Pasien yang masuk karena emergency ternyata setelah dilihat hasil lab dan rontgen ternyata mengarah ke PDP, padahal APD yang kami pakai saat itu belum standard isolasi," tambahnya.

Dikarantina Sendirian di Sebuah Sekolah, Seorang Wanita di India Diperkosa 3 Orang

Ia sempat jengkel dengan kondisi yang dihadapinya saat itu, namun apa daya tanggung jawab profesi tetap menjadi yang utama.

"Mau marah tapi mau marah sama siapa, ya, sudah kami menyerah pada skrinning isolasi karyawan," kata dia.

"Itu berupa check up karyawan, laporan keluhan yang dirasakan, suhu dan diberikan vitamin dari rumah sakit selama 14 hari setelah paparan," imbuhnya.

Sementara itu, sistem rolling diterapkan selama merawat pasien Covid-19 di rumah sakit tempatnya bekerja.

Fakta Dibalik Seorang Pemudik Alami Sesak Napas dan Tergeletak di Pinggir Jalan, Ini Kata Sopir

"Yang dinas giliran ditunjuk merawat PDP seperti menunggu undian, undian maju sidang skripsi, deg-degan, khawatir takut, campur aduk," ujar dia.

"Kadang ingin menghindar tapi mau kemana, semua harus dijalani dan harus dilewati," tandasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved