Berita Solo Terbaru
Kisah Sopir Bus Jadi Korban PHK, Nekat Pulang Jalan Kaki Ratusan Kilometer dari Cibubur ke Solo
Seorang sopir bus pariwisata asal Kecamatan Sudiroprajan, Kota Solo, Maulana Arif Budi Satrio, nekat pulang kampung dengan berjalan kaki dari Cibubur.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
"Saya putus asa dan berantem di tol Cikarang katanya suruh balik, makanya, kalau saya tetap tinggal di Jakarta, saya hanya bertahan lima hari," ucap Satrio.
"Uang sisa sekitar Rp 400 ribu, itu sisa uang bulanan lalu, makanya saya langsung pulang dengan jalan kaki, subuh saya berangkat," tambahnya.
• Perawat Hamil Tertular Covid-19 Meninggal Dunia, Dokter Tirta: Jangan Biarkan Pengorbanan Sia-sia
Satrio hanya bisa membawa dua tas sebagai bekalnya berjalan kaki dari Cibubur.
Dengan mengenakan celana pendek yang dipadukan kaos dan penutup wajah, ia membulatkan tekat berjalan kaki menempuh perjalanan pulang kampung melalui jalur pantura.
"Rata-rata berjalan 12 sampai 14 jam per hari, rata-rata menempuh 100 kilometer per hari," kata Satrio.
"Pokoknya kalau capek istirahat, Cibubur berhenti di Cikarang, Tanjung Pura Karawang dan berhenti di Klari," papar dia.
"Saya memutuskan jalan kaki karena Allah memberikan dua kaki, saya niatkan untuk pulang dengan berjalan kaki," tambahnya.
• Viral Video Perawat Hamil Meninggal Dunia setelah Tertular Covid-19, Begini Kronologi menurut PPDS
Satrio mengaku berjalan kaki sekuat tenaga dan tetap menjalankan ibadah puasa.
"Di sepanjang perjalanan antara Karawang hingga Tegal itu panasnya minta ampun, tetapi setelah memasuki Brebes dan Pekalongan cuaca mulai agak adem," tutur dia.
"Saking lamanya berjalan di bawah terik matahari, kulit saya sampai kayak terbakar, sedangkan kalau malam saya istirahatnya kadang numpang tidur di SPBU maupun warung-warung tempat pemberhentian truk," imbuhnya.
Langkah kakinya harus terhenti di kawasan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
• Risiko Belanja Baju Lebaran di Tengah Pandemi Corona, Pakar Imbau Langsung Cuci Baju Belanjaan
Itu lantaran aksi nekatnya berjalan kaki untuk pulang kampung kepergok sejawatnya di Persatuan Pengemudi Pariwisata Indonesia (Peparindo).
Aksinya kepergok setelah dirinya menempuh perjalanan kurang lebih 401 kilometer.
"Di Gringsing langsung dijemput teman-teman Peparindo, dan saya dimarah-marahin sama Ketuanya di Jakarta karena tidak bilang," tutur Satrio.
"Kalau saya ngomong pasti saya gagal pulang karen akan dibantu oleh temen-temen Peparindo di Jakarta," tambahnya.