Peringatan WHO: Waspada Sindrom Misterius pada Anak-anak, Mirip Kawasaki, Diduga Terkait Corona
WHO memperingatkan para dokter untuk tetap waspada terhadap kemunculan sindrom misterius pada anak-anak. Gejala yang timbul mirip penyakit Kawasaki.
Penulis: reporter | Editor: Tribun Network
TRIBUNNEWS.COM - WHO memperingatkan para dokter dan tenaga medis untuk tetap waspada terhadap kemunculan sindrom misterius pada anak-anak.
Gejala yang timbul mirip dengan penyakit Kawasaki.
Kondisi ini diduga masih terkait dengan virus corona.
Organisasi Kesehatan Dunia telah menyerukan upaya global untuk memahami kemunculan sindrom peradaan langka.
Sindrom misterius tersebut mempemgaruhi anak-anak dan remaja yang mungkin terkait dengan Covid-19.
Mengutip South China Morning Post, sindrom inflamasi yang berpotensi mematikan sejauh ini muncul di Amerika Serikat, Inggris, dan Italia.
WHO menyebut, ada kebutuhan mendesak untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut atas kondisi tersebut.
Pernyataan itu diumumkan pada Jumat (15/5/2020) lalu.
WHO berharap adanya pengumpulan data yang lebih banyak dari seluruh dunia untuk memahami sindrom misterius yang muncul.
Sindrom misterius tersebut menyebabkan beberapa kegagalan organ.
• Update Corona Global Senin, 18 Mei 2020: Kasus Baru Meksiko Bertambah 2 Ribu, Total 49 Ribu Pasien
• Jika Percobaan Berhasil, 30 Juta Warga Inggris Siap Terima Vaksin Corona pada September 2020
• Madagaskar Catat Kematian akibat Virus Corona Pertama, Pria Petugas Parkir Berusia 57 Tahun
Mirip dengan sindrom syok toksik dan penyakit Kawasaki, yakni peradangan langka pada pembuluh darah yang biasanya mempengaruhi anak kecil.
Saat ini, kelompok usia anak tak berisiko tinggi terhadap Covid-19.
Hanya beberapa persen saja kasus yang terjadi pada anak.
Mereka yang terinfeksi virus corona umumnya menunjukkan gejala yang lebih ringan daripada orang dewasa,
WHO menyebut, mereka bukan penular utama penyakit virus corona.
Sementara hanya ada sedikit kasus virus corona pada anak-anak, WHO menyerukan adanya investigas soal sindrom inflamasi multisistem.
"Saya meminta semua dokter di seluruh dunia untuk bekerja dengan otoritas nasional Anda dan WHO untuk waspada dan lebih memahami sindrom ini pada anak-anak," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Jumat (15/5/2020).

Sebuah rumah sakit di Bergamo Italia, melaporkan adanya peningkatan 30 kali lipat penyakit mirip dengan penyakit Kawasaki selama lima tahun terakhir.
Dari 10 pasien yang didiagnosa pada 18 Februari hingga 20 April, delapan orang dinyatakan postif untuk antibodi Covid-19.
Di Inggris, sekelompok anak pada bulan April juga mengalami sindrom inflamasi parah.
Satu anak bahkan meninggal dunia.
Kemungkinan kasus juga dilaporkan terjadi di Prancis dan Spanyol.
Di New York, 102 kasus pada anak-anak menunjukkan gejala sindrom peradangan.
Tiga anak di antaranya telah meninggal dunia.
Menurut laporan awal yang diterima WHO, sindrom tersebut dapat menyebabkan demam tinggi dan pembengkakan pada pembuluh darah.
Sindrom misterius ini diduga terkiat dengan Covid-19, namun belum ada konfirmasi lagi.
Sementara Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO Dr. Maria Van Kerkhove, pihaknya belum bisa memastikan lagi.
Lantaran beberapa anak yang menderita sindrom tersebut dinyatakan negatif Covif-19.
“Dan pada beberapa anak, mereka dinyatakan positif Covid-19 dan anak-anak lain tidak. Jadi kita tidak tahu apakah ini terkait dengan Covid-19," katanya, Jumat (15/5/2020), dikutip Tribunnews dari CNBC.
Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO Dr.Mike Ryan mendesak adanya pemahaman sejauh mana hubungan sindrom peradangan dengan Covid-19.
“Ini adalah penyakit baru."
“Ketika penyakit baru melintasi penghalang spesies, mereka seringkali tidak memiliki apa yang Anda sebut organ target utama," katanya.
Menurut Ryan, ada laporan sindrom pernapasan, sindrom kardovaskuler, dan sindrom neurologis akibat infeksi Covid-19.
Hal ini lantaran virus dapat menyerang berbagai organ.
Para penliti kini terus mempelajari sindrom tersebut, terlebih untuk mengembangkan tindakan pencegahan dan terapi untuk mengurangi dapat penyakit pada anak.
(Tribunnews.com/Miftah)