Sejarah Kota Solo
Sejarah dan Asal-usul Monumen 45 Banjarsari Solo : Kisah Perang Empat Hari di Solo
Monumen 45 Banjarsari merupakan sebuah tugu prasasti serta relief yang menceritakan peristiwa serangan umum Kota Solo.
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Aji Bramastra
Rayon IV dipimpin oleh A Latif.
Terakhir, Rayon Kota dipimpin oleh Hartono.
Sebelum Serangan Umum Solo dimulai telah terjadi sejumlah kontak senjata.
Antara lain, serangan di Jembatan Cluringan, yang menewaskan sejumlah serdadu Belanda dan pasukan Indonesia berhasil mengambil sejumlah barang yang dimilikinya.
Satu kompi TBS (Teritoriale Batalyon Surakarta) yang merupakan pasukan pribumi bentukan Belanda melakukan pembelotan.
Mereka berhasil membawa 8 Bren, 30 Sten dan 80 senapan.
Serdadu Belanda sebelumnya juga melakukan konfrontasi dengan menyerang rumah Kolonel Gatot Subroto dan menghancurkan pemancara Radio RRI.
Namun baik Kolonel Gatot Subroto maupun mesin pemancar radio bisa diselamatkan.
Hasil dari perang ini, Kota Solo berhasil dikuasai oleh pasukan Indonesia yang terdiri atas beberapa elemen masyarakat, baik tentara pejuang, sipil, maupun pelajar.
Peristiwa tersebut menyisakan banyak kesedihan.
Tak kurang 209 rumah porak poranda, sementara 205 penduduk meninggal karena serangan Belanda.
Adapun dari pihak TNI terdapat 6 pasukan yang gugur selama melaksanakan tugas di medan perang tersebut.
Serangan Umum Kota Solo berhasil mempengaruhi dan memperkuat posisi tawar politik perjuangan diplomasi Republik Indonesia di Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Sehingga setelah peristiwa tersebut, Indonesia semakin kuat kedaulatannya dan semakin diakui dunia atas kemerdekaannya.
Wifi Rahasia
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/monumen-45-banjarsari-solo.jpg)