Solo KLB Corona
Rapid Test Disebut Belum Cukup Efektif Mendeteksi Covid-19, Ini Saran Pengamat Kesehatan Solo
Pengecekan dengan uji rapid test terus dipacu selama pandemi Corona seperti sekarang ini. Pengamat kesehatan, Dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan uji ra
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Agil Trisetiawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pengecekan dengan uji rapid test terus dipacu selama pandemi Corona seperti sekarang ini.
Pengamat kesehatan, Dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan uji rapid test yang dilakukan selama ini merupakan uji anti bodi.
Ia mengibaratkan uji tersebut seperti tes kehamilan yang membutuhkan waktu supaya lebih spesifik lagi.
• Curhat Kakek Penabuh Gamelan Tuna Netra Solo yang Menganggur Karena Corona: Sudah Bekerja 32 Tahun
• Penjambret di Laweyan Solo yang Dihajar Massa Ternyata Sudah 7 kali Keluar Masuk Penjara
"Dulu tes kehamilan belum sesensitif dan seakurat seperti sekarang ini, namun secara perlahan itu semakin spesifik, jadi perlu waktu," kata Tonang kepada TribunSolo.com, Kamis (2/7/2020).
"Wabah Covid-19 baru berlangsung enam bulan jadi wajar," tambahnya.
Tonang menjelaskan itu tidak bisa menjadi diagnosis pandemi Corona, namun membantu proses pemilahan apakah pernah terinfeksi atau belum.
"Waktu satu/dua minggu barulah tes anti bodi akurasinya tinggi," jelasnya.
Itu lantaran tes anti bodi, lanjut Tonang, membantu menunjukkan seseorang sudah terinfeksi atau belum.
"Kalau dia sudah bersih maka timbul anti bodi atau kekebalan, kalau tes anti bodi reaktif, justru dia aman karena sudah pernah kena dan sudah ada kekebalan," terang Tonang.
Tonang menyarankan seseorang lebih baik menjalani uji anti gen sebagai tes awal menentukan apakah dia ada potensi terinfeksi atau belum.
• Sekarang, Pencetakan KK dan Akta di Disdukcapil Klaten Menggunakan Kertas HVS, Ini Keunggulannya
• KK dan Akta Sekarang Hanya Dicetak dengan Kertas HVS, Disdukcapil Klaten Sebut Keamanannya Terjaga
Untuk lebih meyakinkan, seseorang bisa menjalani uji polymerase chain reaction (PCR).
Uji tersebut juga bisa sebagai filter terhadap seseorang apakah dirinya positif atau tidak.
"Menggunakan tes anti bodi sebagai filter itu tidak tepat, yang tepat PCR, kalau hasil PCR-nya positif maka ada virus dalam tubuhnya," ujar dia.
"Kalau positif, makanya seseorang ada potensi untuk menularkan, ia tentu tidak boleg berpergian," tandasnya. (*)