Makan Bergizi Gratis di Solo

Kisah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo Tolak MBG, Punya Kantin Sehat Sejak 2015, Berizin Standar Ketat

SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo menegaskan penolakannya terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Putradi Pamungkas
TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
MBG DI SOLO - Ilustrasi program Makan Bergizi Gratis di Solo, beberapa waktu lalu. SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo secara terbuka menolak tawaran program Makan Bergizi Gratis yang diajukan oleh salah satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kota Bengawan. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo telah memiliki program kantin sehat sejak 2015.

Dengan sistem dapur yang terstandar dan sertifikasi lengkap, sekolah ini memutuskan tidak ikut serta dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena alasan keamanan.

Seperti diketahui, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo menegaskan penolakannya terhadap program MBG dari pemerintah. 

Penolakan ini didasari oleh kekhawatiran orang tua siswa terhadap potensi risiko keracunan makanan, meski sekolah tersebut telah memiliki sistem kantin sehat yang berjalan sejak 2015.

“Karena pada kenyataannya melihat kondisi di lapangan sekarang ini banyak wali siswa merasa khawatir cemas kalau anak-anaknya mengalami kejadian serupa,” ujar Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Sri Sayekti, saat ditemui Senin (29/9/2025).

Menurut Sri Sayekti, kantin sekolah telah beroperasi dengan standar keamanan pangan yang ketat dan telah mengantongi berbagai perizinan resmi.

Di antaranya Nomor Induk Berusaha (NIB), sertifikat halal, Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS), serta Sertifikat Kompetensi Penjamah Pangan (SKPP).

“Untuk menjamin keamanan pangan di dapur kami sudah ada SOP baku yang kami harus dijalankan seluruh pemangku kepentingan di dapur sejak penerimaan barang, pengelolaan, pendistribusian, sampai membersihkan dapur kembali. Kantin kami punya nomor izin berusaha beresiko, sertifikat halal, sertifikat laik hygiene, sertifikat bagi penjamah makan kami siapkan. Bukan karena ada program ini. Sejak dulu sertifikat itu bagian dari membangun ekosistem kantin sekolah,” jelas Sri Sayekti.

DAPUR SPPG - Suasana di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Penumping Laweyan Solo, belum lama ini. Dari total 17 SPPG atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah beroperasi di Kota Solo, baru satu yang mengantongi Sertifikat Laik Higienis Sanitas (SLHS).
DAPUR SPPG - Suasana di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Penumping Laweyan Solo, belum lama ini. Dari total 17 SPPG atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah beroperasi di Kota Solo, baru satu yang mengantongi Sertifikat Laik Higienis Sanitas (SLHS). (TribunSolo.com / Ahmad Syarifudin)

Setiap hari, proses penyediaan makanan dimulai pukul 06.00 hingga 11.00.

Setelah itu, makanan didistribusikan ke depan kelas masing-masing, dan siswa mengambilnya menggunakan alat makan pribadi.

“Pegawai kami hadir 05.30 kemudian menyiapkan diri. 06.00 proses menyiapkan makanannya. Jam 11.00 makanan sudah tersedia di depan kelas masing-masing. Jam 12.00 makan sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan, ambil alat makan, berdoa, makan, selesai cuci piringnya kembali. Setelah itu sholat dzuhur,” tutur Sri Sayekti.

Siswa juga dilatih untuk bertanggung jawab atas alat makan masing-masing sebagai bagian dari pembelajaran kemandirian.

“Anak-anak bertanggung jawab alat makannya. Kalau nggak hati-hati bisa jatuh pecah. Pemilihan piring menjadi salah satu pertimbangan kami. Kalau terjadi insiden kami tukar di dapur sudah ada,” terang Sri Sayekti.

Sri Sayekti menegaskan, program kantin sehat ini merupakan bagian dari strategi sekolah untuk menjaga kesehatan siswa, agar proses pembelajaran berjalan optimal.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved