Berita Sragen Terbaru
Kisah Pelajar asal Sragen yang Berprestasi, Namun Lumpuh Karena Mengidap Penyempitan Jantung
Ajun Maulana (20) anak dari pasangan suami istri (pasutri) Rahmat (45) dan Eko Sri Winarti (46) alami kelumpuhan. Kelumpuhannya itu dikarenakan Ajun t
Waktu SD dulu Ajun bersekolah di SDN SBI SBBS Gemolong yang kini berubah menjadi SD Gemolong.
"Alhamdulillah Ajun berprestasi dari SD, NEM nya saja waktu itu 24,8. Hampir sempurna," kata Rahmat.
Nilai Ajun yang nyaris sempurna membawa dia masuk ke SMP favorit yaitu SMP 1 Gemolong. Dari sana nilai Ajun memang tidak sempurna di raport karena tidak bisa mengikuti beberapa pelajaran.
"Memang turun karena ada nilai yang tidak bisa terpenuhi seperti olahraga, kesenian jadi berpengaruh dan turun, tapi guru-guru di sana mengapresiasi Ajun," sambung Rahmat.
Rahmat menceritakan anak pertama tersebut juga pandai berbahasa Inggris, adiknya yang masih SMP selalu meminta sang kakak untuk menerjemahkan.
Ketika ditanyai soal cita-cita, Ajun menyampaikan dirinya ingin menjadi pengusaha sukses.
Aktivitas sehari-hari, Ajun menyibukkan diri dengan berselancar internet.
• Pedagang di Jln MH Thamrin Jakarta Kaget Dengar Suara Letusan, Ternyata Wanita Loncat dari Lantai 13
Pada usia 14 tahun atau kelas 8 Ajun mulai hilang keseimbangan, cara berjalan Ajun sudah mulai goyah dan berjalan sudah tidak bisa lurus.
Karena mulai goyah, sang ayah akhirnya harus menggendong Ajun sampai ke kelas dan selalu antar jemput hingga pada kelas 9 Ajun sudah benar-benar tidak bisa berjalan.
"Kelas 9 itu sudah tidak bisa jalan, jadi lutut tidak bisa menopang badan, mulai itu setiap satu minggu sekali ke RS Ortopedi Solo, kemudian dua minggu sekali lalu setiap 1 bulan sekali dari kelas 8 sampai kelas 9," kata Rahmat.
Ketika diperiksa di RS Ortopedinya ditemukan skoliosis atau pembengkokan tulang belakang. Pada waktu itu doker mencoba membuatkan kroset untuk menyangga punggung Ajun.
Sudah dipakai beberapa bulan ternyata tidak berpengaruh sehingga dilepas. Ajun berhasil bertahan hingga dirinya lulus SMP pada 2015, setelah lulus SMP orangtuanya memutuskan untuk tidak melanjutkan ke SMA.
"Setelah lulus SMP itu mau nggak mau dirumah saja tidak lanjut sekolah dan kontrol di ortopedi juga kita hentikan karena mengingat biaya yang banyak," katanya.
Sebelum memutuskan tidak lanjut sekolah, Rahmat juga telah mempertimbangkan dengan dokter dan konsultasi dengan guru baru kemudian dibicarakan ke Ajun.
"Pertimbangannya ya karena SMA aktivitas lebih banyak dan dia aktivitas fisik sudah tidak bisa, takutnya nanti malah merepotkan guru dan teman-teman," katanya.