Pilkada Solo 2020
Gibran Mulus di Panggung Pilkada 2020, Pengamat Sosiologi : Ada Budaya Politik Pekewuh Ala Wong Solo
"Orang Solo jadi kikuk, menjadi pekewuh politik, bagaimana kalau saya maju melawan pejabat, ini tidak sopan," papar dia.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kehadiran Gibran Rakabuming Raka dalam kontestasi Pilkada Solo 2020 dinilai memunculkan rasa pekewuh atau sungkan dalam diri masyarakat Solo.
Apalagi Gibran berpredikat sebagai Putra Sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pengamat Sosiologi Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Drajat Tri Kartono menyampaikan rasa sungkan itu tidak bisa dilepaskan lantaran sudah menjadi kultur masyarakat Solo.
• PDIP Pilih Gibran Anak Jokowi, Politisi Andreas Hugo : Gibran Bintang, Pilkada Solo Melebihi Pilgub
• Tak Ada yang Berani Lawan Gibran di Pilkada Solo,Analis Politik : Gerindra Sudah Tak Bisa Diharapkan
Kultur dimana masyarakat memberikan penghormatan kepada orang yang mempunyai kekuasaan atau jabatan.
"Kalau itu berasal dari sumber kekuasaan, dia akan dihormati, urusannya lain saat tidak berkuasa," tutur dia saat jadi narasumber diskusi Obrolan Virtual (Overview) 'Gibran vs Kotak Kosong?' yang digelar Tribunnews, Kamis (23/7/2020).
"Orang Solo jadi kikuk, menjadi pekewuh politik, bagaimana kalau saya maju melawan pejabat, ini tidak sopan," papar dia.
"Kalau tidak maju, tapi kok begini, jadinya kita pasrah sajalah," tambahnya.
Ditambah lagi, kepemimpinan Jokowi masih lekat dalam benak masyarakat Solo.
• Kisah Pemilik Nama Temanku Lima Benua, Ternyata dari WS Rendra, Cerita Pernah Lukis Sketsa Jokowi
• Saat Orang Nomor Satu di PDIP Solo FX Rudy Curhat dan Mengaku Kecewa DPP Pilih Gibran Bukan Purnomo
"Semacam di Solo menyebut Jokowi sebagai satrio piningit, orang yang mempunyai karisma dari Tuhan, itu mau dikloning ke Gibran," ucap Drajat.
Disamping itu, Drajat menilai kesuksesan kepemimpinan Jokowi tidak lepas dari sosok mantan tandem sekaligus Ketua DPC PDI Perjuangan, FX Hadi Rudyatmo.
"Dulu pak Jokowi, tidak punya sejarah politik yang dikenal orang, Jokowi dulu juga tidak mulai dari PDI, tapi dari partai-partai Islam karena gagal berputar di situ," jelas Drajat.
"Kemudian, pak Rudy memberikan support yang cukup, tanpa pak Rudy berat," tandasnya. (*)