Pilkada Solo 2020
Calon Tunggal di Boyolali & Sragen Tak Bisa Menang Mudah, Pengamat UNS : Harus 50 Persen Plus Satu
Pilkada Sragen dan Boyolali 2020 berpotensi yang dimeriahkan pertarungan antara calon tunggal dan bumbung kosong.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pilkada Sragen dan Boyolali 2020 berpotensi yang dimeriahkan pertarungan antara calon tunggal dan bumbung kosong.
Potensi itu mengemuka menyusul sampai detik terakhir pendaftaran hanya ada sepasang bakal calon yang mendaftar.
Hanya ada pasangan Kusdinar Untung Yuni Sukowati - Suroto dengan kekuatan 29 kursi parlemen di Pilkada Sragen 2020.
Sementara di Pilkada Boyolali 2020, cuma ada pasangan M Said Hidayat - Wahyu Irawan dengan kekuatan 32 kursi.
Pengamat Politik dan Tata Negara UNS Solo, Agus Riewanto mengatakan para calon itu sebaiknya tidak jemawa saat ini.
• Cara Calon Wabup Klaten Muhammad Fajri Sembuh dari Corona, Isolasi, Olahraga hingga Minum Vitamin
• Bukan Gibran Anak Jokowi, Said & Yuni yang Hampir Pasti Lawan Kotak Kosong di Pilkada Serentak 2020
Toh bila calon tunggal benar terjadi, tugas sulit menanti kedua pasangan bakal calon.
"Calon tunggal menangnya harus 50 persen plus satu," ujar Agus kepada TribunSolo.com, Kamis (10/9/2020).
"Tidak menang dengan angka seadanya, kalau calonnya dua menang berapapun yang tertinggi menang," tambahnya.
Para bakal calon itu harus berhadapan dengan masyarakat yang saat ini sudah melek politik.
"Publik sekarang juga sudah cerdas membaca bahwa jangan-jangan tunggalnya ini memang didesain tunggal," tutur dia.
"Tidak ada calon yang berani maju, partai-partai tidak berani mengkritik, karena dimainkan permainan politik," tambahnya.
• Polisi Kejar 3 Orang yang Jadi Otak Pelaku Penyerangan Keluarga Umar Assegaf di Pasar Kliwon Solo
• Masih Ada Slot 3 Pemain, Persis Solo Pikir-pikir Cari Pemain Tambahan Demi Menyongsong Liga 2
Ditambah lagi, kampanye kotak kosong masih mungkin dimainkan di Sragen dan Boyolali.
""Nanti ada kampanye memilih kotak kosong. Itu bisa saja dimainkan lawan politik mereka," tandasnya. (*)