Berita Solo Terbaru
Kala Srikandi Solo Berada di Garda Terdepan, Rela Pasok Hasil Bumi untuk Warga Terdampak Pandemi
Pandemi memunculkan sosok yang benar-benar rela dan peduli membantu sesama di tengah sulitnya keadaan.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Pesanan itu, terang Mamik, awalnya diurus 40 anggota namun seiring perjalanan waktu jumlah berkurang.
"Yang aktif sekarang tinggal 9 - 10 orang perempuan. Sementara laki-laki membantu saja. Ada dua orang," terangnya.
Mereka kemudian menjalankan piket secara bergiliran. Satu harinya ada dua orang yang piket. Itu mulai pukul 04.30 - 17.00 WIB.
"Piketnya itu, seperti menyirami tanaman yang ada di kebun," tutur Mamik.
Adaptasi karena Covid-19
Pasca Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengumumkan penerapan status KLB pada 13 Maret 2020, Mamik cs harus melakukan sejumlah adaptasi lantaran pandemi Covid-19.
Terjangan itu tak dipungkisi berdampak terhadap perputaran ekonomi. Sejumlah bisnis seret. Perumahan karyawan tak terelakkan.
Kondisi pelik itu juga dirasakan Mamik. Bisnis laundry terdampak dan sempat tak mendapat pesanan.
"Benar-benar turun drastis. Sangat drastis karena pelanggan mau nge-laundry eman-eman," ucap Mamik.
Baca juga: Rencana Vaksinasi Covid 19 di Indonesia Kemungkinan Mundur Jadi Desember, Ini Penyebabnya
Baca juga: Rasakan Meriang dan Tulangnya Seperti Kaku, Warga Madiun ini Tak Menyangka Ternyata Positif Covid-19
Ibu dua anak itu harus menerima nasib omzet bisnisnya turun di kisaran 30 hingga 40 persen.
Sebelum pandemi, ia bisa mendapat setidaknya Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per harinya.
"Pendapatan bersih sekarang paling-paling Rp 80 ribu hingga Rp 100 ribu," ucap Mamik.
Tak hanya bisnis laundry, anak-anak Mamik juga terdampak pandemi Covid-19. Satu anaknya harus menerima nasib dirumahkan dari tempatnya bekerja.
"Satu anak saya tetap bekerja. Tapi sebulan hanya masuk dua sampai tiga kali saja," tuturnya.
Sementara suami Mamik masih tetap bekerja tipis-tipis guna tetap menggerakan roda ekonomi keluarga.