Berita Solo Terbaru
Kala Srikandi Solo Berada di Garda Terdepan, Rela Pasok Hasil Bumi untuk Warga Terdampak Pandemi
Pandemi memunculkan sosok yang benar-benar rela dan peduli membantu sesama di tengah sulitnya keadaan.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Ia berprofesi sebagai sopir truk sampah. Bekerja seminggu sekali kadang bisa dua kali sepekan.
"Tidak pasti. Gaji kadang dua bulan sekali kadang tiga bulan. Kadang bisa mendapat Rp 600 ribu, kadang Rp 700 ribu," ucapnya.
Pandemi & Hasrat Berbagi
Meski begitu, hati kecil Mamik untuk membantu sesamanya yang terdampak pandemi Covid-19 mulai menyala.
Ia bersama bersama KWT IX Dahlia memutar otak supaya ketahanan pangan tetap terjaga di tengah suasana tidak memungkankan karena Corona.
Pembuatan mini minaponik menjadi satu cara yang ditempuh.
Mereka kemudian memanfaatkan ruang kosong di lahan saat ini.
Ruang seluas 1 meter x 3 meter disulap mereka untuk membuat itu. Pembuatan dimulai Juli 2020.
Setidaknya ada tiga kolam berukuran tinggi 50 sentimeter dan diameter 60 sentimeter.
"Awalnya hanya satu kemudian didorong untuk membuat lebih banyak. Lalu kita tambah dua," tutur Mamik.
Kolam itu kemudian diisi ratusan bibit lele. Masing-masing kolam diisi 100 ekor bibit lele.
"Kami baru saja panen di bulan Oktober sudah panen lele. Panennya diprediksi dua bulan sekali," kata Mamik.
Di atas kolam itu, terdapat beberapa tanaman sayuran. Sumber airnya langsung dari air kolam. Pemupukannya pun memanfaatkan kotoran lele.
"Tantangan kami itu saat musim kemarau, air minim. Kadang banyak yang mati. Tapi tidak begitu rugi, tidak sampai 5 persen," ujar Mamik.
Untuk sayuran, Mamik mengatakan waktu panen lebih cepat. Rerata membutuhkan waktu 21 sampai 25 hari.