Berita Sukoharjo Terbaru
Sejarah The Heritage Palace: Bekas Pabrik Gula Era Kolonial Belanda, Dulu Berbentuk Rumah Limasan
Franky mengatakan, pada tahun 1920 bangunan pabrik ini masih seperti rumah Limasan.Namun, seiring berjalannya waktu dibangun.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - The Heritage Palace yang berada di Kartasura, Sukoharjo ternyata memiliki keterikatan sejarah yang besar dengan era kolonial Belanda.
Bangunan tersebut dulunya terkesan "seram" karena tidak difungsikan sama sekali.
Namun, kini sudah menjadi lokasi wisata yang diburu warga dari berbagai daerah.
Baca juga: Plt Bupati Sragen Dedy Beri Deadline Satu Minggu, PPL Diminta Selesaikan Persoalan Distribusi Pupuk
Baca juga: Kecamatan Ngawen Jadi Tambahan Kasus Covid-19 Terbanyak, Camat Sebut Tak Muncul Klaster Baru
Bangunan tua yang terletak di Jalan Permata Raya, RT 02 RW 08, Dukuh Tegal Mulyo, Desa Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo itu dulunya adalah pabrik gula di zaman kolonial Belanda.
Pengelola objek wisata ini, Franky Hardy Sucipto (51) mengatakan, bangunan tersebut saat ini sudah sah menjadi cagar budaya.
Diperkirakan pabrik gula tersebut dibangun pada tahun 1899.
"Dulu tempat ini merupakan sebuah pabrik gula yang dikelola Belanda, untuk pasti bedirinya saya kurang tau, tetapi di cerobong tertulis 1899 yang dimana dipercaya merupakan awal berdirinya pabrik ini," kata Franky, Minggu (15/11/2020).
Franky mengatakan, pada tahun 1920 bangunan pabrik ini masih seperti rumah Limasan.
Namun, seiring berjalannya waktu, Pemerintah Kolonial Belanda saat itu membuat kebijakan untuk membangun pabrik gula di Kartasura itu seperti di Eropa.
"Sekitar 1920, pabrik ini masih seperti rumah warga, seperti rumah Limasan, namun setelah itu, Pemerintah Belanda mempunyai kebijakan untuk membangun pabrik tersebut seperti bangunan di Eropa," kata Franky.
Indonesia Merdeka, Bangunan Resmi Milik PTPN
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, bangunan pabrik gula tersebut resmi menjadi milik PTPN.
Namun, pada tahun 1968, bangunan tersebut dibeli oleh PT Karep Bojonegoro yang digunakan untuk gudang tembakau.
"Sekitar 1968 bangunan ini dibeli PT Karep Bojonegoro untuk gudang tembakau, setelah itu saya kurang paham berpindah ke siapa lagi, namun sebelum 2018, tempat ini sempat disewa untuk percetakan," kata Franki.
Kemudian ia mengatakan, pada tahun 2018, ia menyewa bangunan ini, dan ia sulap menjadi objek wisata.
Ia menjelaskan, bangunan ini resmi menjadi objek wisata di Kabupaten Sukoharjo pada 9 Juli 2018.
"2018, kami sewa bangunan ini dan tanggal 9 Juli 2018, kami resmi buka objek wisata ini," kata Franki.
Franki menjelaskan, dalam objek wisata Heritage Palace, nantinya terbagi ada 2 bagian yaitu bagian indoor dan outdoor.
Baca juga: Dana Kampanye Bajo Rp 153 Juta, Ketua Tim Pemenangan: Dari Iuran Tikus Pithi Mulai dari Rp 10 Ribu
"Wisata indoor ada museum transportasi, museum 3 dimensi, dan omah kwalik, sedangkan yang outdoor, ada taman dan gedung tua seperti di Eropa," kata Franki.
Ia mengatakan, untuk memasuki objek wisata ini, untuk weekday dibandrel Rp 55 ribu.
Sedangkan untuk harga tiket weekend Rp 60 ribu.
"Tiket tersebut berlaku terusan ke wahana lainnya, kami mulai buka pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB," kata Franki. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/suasana-objek-wisata-heritage-palace-jalan-permata-raya.jpg)