Penanganan Covid
Doni Monardo Tegaskan Tak Ada Diskriminasi Pembubaran Kerumunan: Covid-19 Ini Bukan Rekayasa
Ia meminta para kepala daerah mencegah sejak dini, sehingga kegiatan kerumunan yang melanggar protokol kesehatan tidak berlangsung.
TRIBUNSOLO.COM -- Menurut Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo, tak ada diskriminasi dalam pembubaran kerumunan di masa pandemi Covid-19.
Doni menyampaikan pernyataan itu dalam rapat koordinasi penanganan Covid-19 yang digelar secara virtual pada Sabtu (22/11/2020).
Baca juga: Jumlah Testing Covid-19 Indonesia Baru 86 Persen dari Target WHO, Apa Langkah Pemerintah?
Baca juga: Dampak Pandemi Covid-19, Ekonomi Negara Anggota G-20 Masih Rapuh, Termasuk Indonesia
"Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun," kata Doni dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/11/2020).
Untuk itu, ia mengimbau para kepala daerah agar mengantisipasi terjadinya kerumunan akibat kegiatan sosial-keagamaan tanpa perlu membedakan golongannya.
Ia meminta para kepala daerah mencegah sejak dini, sehingga kegiatan kerumunan yang melanggar protokol kesehatan tidak berlangsung.
Kepada para tokoh agama dan masyarakat, Doni juga menyerukan agar menjadi teladan penerapan protokol kesehatan.
“Covid-19 ini nyata, bukan rekayasa. Korban sudah ribuan, termasuk para tenaga medis. Kita sudah delapan bulan bekerja keras mengendalikan penyebarannya. Tolong jangan mengecewakan hasil kerja keras kami selama ini,” papar Doni.
“Salus populi suprema lex. Keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi. Itu prinsip kami,” lanjut Doni.
Doni juga meminta kesadaran masyarakat yang ikut berkerumun dalam demonstrasi Undang-undang (UU) Cipta Kerja dan acara Maulid Nabid di Petambutan serta Megamendung untuk melakukan tes usap (swab) di Puskesmas terdekat.
Doni mengatakan, hal itu bertujuan memutus penularan Covid-19.
Sebabnya mereka yang ikut berkerumun berpotensi tertular Covid-19.
“Tes swab di Puskesmas, tidak dipungut biaya,” kata Doni.
Doni mengharapkan dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat di setiap daerah, termasuk para Ketua RT dan Ketua RW.
Ia meminta petugas testing menyampaikan maksud dan tujuan untuk tes usap massal, dimulai dari keluarga inti yang positif.
"Ini bagian dari upaya memutus mata rantai penularan Covid-19. Upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan semua pihak. Karenanya perlu kerja sama yang baik dan harmonis."
"Semua harus dilakukan dengan pendekatan humanis,” papar Doni.
Kepada aparat Satgas Covid-19 daerah, Doni meminta untuk melanjutkan kerja kerasnya menemukan kasus positif dan segera dilakukan karantina di tempat yang telah ditentukan bagi OTG maupun yang sudah bergejala, supaya semua bisa selamat.
Adapun bagi yang positif, pemerintah menyediakan fasilitas isolasi mandiri.
Untuk itu, ia meminta masyarakat tak ragu untuk melakukan tes usap dan tak perlu takut jika terbukti positif Covid-19.
Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. TribunSolo.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Doni Monardo Sebut Tak Ada Diskriminasi Pembubaran Kerumunan