Update Gunung Merapi
Update Kondisi Gunung Merapi : Kawah Tertutup Kabut, Guguran dan Hembusan Terjadi 13 Kali
Tingkat aktivitas Gunung Merapi masih berada di status siaga atau level III sampai Selasa (15/12/2020) hingga pukul 18.00 WIB.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Tingkat aktivitas Gunung Merapi masih berada di status siaga atau level III sampai Selasa (15/12/2020) hingga pukul 18.00 WIB.
Kawah Merapi tidak teramati, tertutupi kabut hingga kabut 0-III.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunSolo.com dalam laporan pengamatan aktivitas Gunung Merapi oleh KESDM, Badan Geologi, PVMBG, BPPTKG, Selasa (15/12/2020) pukul 12.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB diketahui cuaca berawan, mendung serta hujan.
Baca juga: Sah! Istri Bupati Sukoharjo Etik Suryani Menangi Pilkada 2020, Raih 53,34 Persen Suara
Baca juga: Laka Maut di Toriyo Sukoharjo, Seorang Pengendara Honda Beat Tewas Dihantam Mobil
Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur.
Suhu udara sekitar 16 hingga 21 derajat celcius, dengan kelembaban udara 72 sampai 90 persen.
Selain itu, teramati di Gunung Merapi miliki tekanan udara 568 hingga 686 mmHG.
Kemudian berdasarkan hasil pantauan visual, gunung Merapi tertutup kabut hingga 0-III.
Sehingga asap kawah putih tidak teramati dari pantauan visual.
Tercatat ada 13 kali guguran dengan panjang gelombang 4-20 milimeter, Durasi : 9 hingga 58 detik.
Lalu, Merapi mengeluarkan hembusan sebanyak 13 kali dengan panjang gelombang 2 hingga 8 milimeter serta durasi 8 hingga 49 detik.
Kemudian untuk fase banyak di gunung Merapi terjadi 71 kali dengan panjang gelombang 2 sampai 23 Milimeter.
Serta vulkanik dangkal sebanyak 8 kali, dengan panjang gelombang 30 sampai 75 milimeter dengan durasi 9 sampai 30 detik.
Sejumlah Pengungsi Merapi di Boyolali Mulai Terserang Penyakit, IDI Sebut Didominasi Lansia
Para pengungsi Gunung Merapi di tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS) Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali mulai mengeluhkan kesehatannya.
Kebanyakan dari mereka mengeluhkan rasa pusing, maag, batuk, dan pilek selama berada di pengungsian.
Atas kondisi tersebut, IDI Boyolali langsung memberikan layanan pemeriksaan kesehatan bagi para pengungsi di TPPS Desa Tlogolele, Sabtu (12/12/2020).
"Secara prinsip cuma maag, pegal linu, batuk dan pile," kata Didik kepada TribunSolo.com, Minggu (13/12/2020).
"Para pengungsi yang mengalami batuk - pilek langsung diskrinning, dan tidak ditemukan gejala Covid-19," ucapnya.
"Untuk ISPA insyaAllah belum ditemukan," tambahnya.
Baca juga: Koleksi Langka BMX Dipamerkan di Hartono Mall Solobaru, Harganya Bisa Tembus Rp 100 Juta
Baca juga: Kronologi dan Penyebab Truk Terguling di Underpass Makamhaji: Sopir Panik Lalu Banting Stir
Baca juga: Imbas Pandemi Covid-19, Transmigrasi Warga Karanganyar Tahun 2020 Tujuan Gorontalo dan Kalteng Batal
Baca juga: UPDATE Kondisi Gunung Merapi Terkini: Terjadi 4 Kali Guguran dan 14 Kali Hembusan
Didik mengatakan kondisi kesehatan yang kurang prima disebabkan sejumlah faktor, seperti faktor kecapaian, cuaca, dan beban pikiran.
"Karena mungkin nunggu duduk atau gimana, terus kebanyakan mikir rumah, dan sebagainya," katanya.
Kebanyakan yang mengeluh kesehatan merupakan pengungsi lanjut usia yang ada di TPPS Desa Tlogolele.
Terapi dan obat-obatan diberikan personel IDI Boyolali untuk mengembalikan kondisi badan mereka.
Personel IDI Boyolali yang terlibat ada sekira 20 sampai 25 personel untuk memeriksa kesehatan para pengungsi.
"Kami berupaya melakukannua secara rutin insyaAllah 10 sampai15 orang akan dipersika," ucapnya.

Pengungsi Mulai Berkurang
Sementara itu, jumlah warga yang mengungsi di Kabupaten Magelang mulai berkurang.
Dikutip dari TribunJogja.com, Jumlah Pengungsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang Terus Menyusut, Sebagian dari pengungsi, mereka telah pulang ke rumah mereka untuk mengurus berbagai keperluan.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Kamis (3/12/2020) pukul 06.00 WIB, jumlah pengungsi yang tersebar di lima titik pengungsian yakni 628 jiwa.
Jumlah ini berkurang dari Selasa (1/11/2020) lalu dimana jumlah pengungsi kala itu sebanyak 636 orang.
Para pengungsi ini kembali ke rumah.
Sebelumnya, 71 pengungsi dari Dusun Babadan II yang pulang untuk keperluan ujian sekolah, imunisasi balita, mengurus ternak dan lahan pertanian.
Baca juga: Usai Bakar Diri, Pria di Pontianak Ini Langsung Lari Peluk Istri, Sudah Siapkan Bensin di Plastik
Baca juga: Cerita Eks Pramugari Jualan Alpukat Setelah Kena PHK: Ambil Kesempatan untuk Mengembangkan Diri
Disusul, delapan orang dari Dusun Banaran dan Gondangrejo yang kembali ke rumah mereka.
Jumlah pengungsi yang masih bertahan sendiri sebanyak 628 jiwa.
Mereka dari Desa Paten yang terdiri dari Dusun Babadan 1 (286 Jiwa) di Gedung TEA Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan dan Dusun Babadan 2 (127 Jiwa) di Gedung TEA Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan.Jumlah pengungsi dari Desa Paten sebanyak 413 Jiwa.
Kemudian, Desa Krinjing yang terdiri dari Dusun Trono (24 Jiwa) di Gedung Balai Desa Deyangan Kecamatan Mertoyudan; Dusun Pugeran (42 Jiwa) di Gedung Balai Desa Deyangan Kecamatan Mertoyudan; Dusun Trayem (53 Jiwa) di Gedung Balai Desa Deyangan Kecamatan Mertoyudan.
Jumlah pengungsi dari Desa Krinjing sebanyak 119 Jiwa
Terakhir dari Desa Keningar terdiri dari Dusun Banaran dan Dusun Gondangrejo (49 jiwa) di Gedung sekolah SDN 1 Ngrajek dan Dusun Banaran, (47 Jiwa) di rumah kepala desa setempat. Jumlah pengungsi dari Desa Keningar sebanyak 96 Jiwa.
"Total jumlah pengungsi sampai Kamis (3/12/2020) pukul 06.00 WIB adalah 628 jiwa di lima titik pengungsian," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto, Kamis (3/12/2020).
(*)