Berita Sragen Terbaru
2 Janda dan 1 Orang Sakit dalam Satu Rumah di Sragen Belum Pernah Terima Bansos
Keluarga miskin yang tinggal di Dukuh Tempursari RT 08/RW 03, Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen selama ini belum mendapat ban
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Agil Trisetiawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN – Keluarga miskin yang tinggal di Dukuh Tempursari RT 08/RW 03, Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen selama ini belum mendapat bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Padahal rumah itu dihuni dua janda tua dan satu pria lumpuh bersama istrinya yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Rumah tersebut dihuni tiga kepala keluarga (KK) sekaligus yakni Siam (70) janda tanpa anak, Ngadiyem (69) janda yang ditinggal pergi suaminya, serta pasangan suami istri Dwi Yuliana (47) dan Sugito (47) yang mengalami stroke sehingga tidak bisa bekerja.
Meski menempati satu rumah, namun rumah yang ditempati itu merupakan milik mantan suami dari Ngadiyem.
Ngadiyem berpisah dengan suaminya, dan saat ini suaminya sudah tinggal di Kabupaten Klaten.
Baca juga: Tak Beri Ampun, Semua Objek Wisata di Klaten Ditutup Selama PSBB 11-25 Januari, Nekat Kena Sanksi
Baca juga: 6 Syarat Nikah saat PSBB Klaten 11-25 Januari : Izin Lengkap Mulai dari Desa hingga Tak Ada Hiburan
Baca juga: Daftar Kegiatan Dibatasi & Dilarang saat PSBB Klaten 11-25 Januari,dari Angkringan hingga Pernikahan
Baca juga: Bupati Sri Mulyani Beri Nama Gedung Grha Megawati, PKS Keberatan : Paling Tidak Nama Tokoh Klaten
Siam sendiri merupakan kakak Ngadiyem, sementara Dwi Yuliana adalah anak dari Ngadiyem yang tinggal bersama suaminya di rumah tersebut.
Siam menuturkan, hingga kini belum pernah mendapat bansos apapun.
Mereka bertahan dari himpitan ekonomi dengan cara berjualan tempe goreng.
Siam menitikkan air mata ketika ada tetangga yang mendapat bansos.
"Kami belum pernah diberi bansos, di sini kami tinggal berempat dengan tiga KK,” ucap Siam, Sabtu (9/1/2021).

Sementara Sugito, mengaku sudah sekitar setahun sakit stroke dan tidak bisa berjalan.
Sebelumnya dia bekerja sebagai sopir truk dan masih mampu menafkahi keluarga.
Dia pun tidak bisa berobat lantaran biayanya mahal.
”Pernah punya BPJS tapi sudah berhenti karena tidak kuat bayar. Juga enggak diarahkan desa buat mengurus bantuan atau apapun,” jelasnya.
Sedangkan istrinya, Dwi hanya kerja serabutan.
"Kalau ada kerjaan, ya kerja tapi jika tidak ada hanya tinggal di rumah saja," imbuhnya. (*)