Berita Solo Terbaru
Keluhan Orang Tua di Solo: Anak-anak Boleh Masuk Tempat Wisata, Tapi Tidak Boleh Masuk Sekolah
PPKM Mikro ini melonggaran tempat wisata untuk dikunjungi anak-anak di atas usia lima tahun. Namunm hal ini membuat orang tua merasa aneh, karena seko
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Agil Trisetiawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Menggeliatnya kembali sejumlah tempat wisata di Solo ditengah pandemi Covid-19, disambut baik oleh masyarakat.
Hal ini tak lepas dari pelonggaran aturan saat PPKM Mikro ini.
Seperti di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Kota Solo, pada akhir pekan ini mengalami peningkatan pengunjung.
Salah satu pengunjung TSTJ Solo, Yanti (32) mengapresiasi adanya kelonggaran aturan batasan usia masuk di Kebun Binatang Jurug itu.
Yanti (32) menilai itu bisa membuat anak tidak bosan selama penerapan PPKM Mikro.
"Buat sarana refreshing, saya menyambut baik karena anak-anak ini sudah bosen di rumah," katanya, Minggu (21/2/2021).
Baca juga: Didatangi Artis Dimas Beck, Warung Makan Pak Rudy di Sukoharjo Kewalahan, Sampai Pinjam Piring di RT
Baca juga: Catat, Anak Usia Dibawah 5 Tahun Masih Belum Boleh Masuk Bonbin Jurug Solo, Nekat Suruh Pulang
Yanti bersama anak dan suaminya berkunjung ke Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Kota Solo.
Kunjungan itu dilakukannya selepas menghadiri sebuah hajatan.
"Dari kondangan terus lewat sini," ucap dia.
"Anak-anak mengajak ke sini, ya, sudah mengikuti keinginan anak," tambahnya.
Meski menyambut baik, Yanti merasa aneh dengan kebijakan PPKM Mikro yang diterapkan.
"Aneh saja ini (objek wisata) boleh buka, tapi sekolah tidak dibuka," tutur dia.
"Padahal sekolah kaitannya sama masa depan anak," imbuhnya.

Anak Dibawah Lima Tahun Dilarang Masuk
Anak usia diatas 5 tahun, sudah diperbolehkan masuk ke Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Kota Solo.
Tapi bagaimana dengan anak usia dibawah 5 tahun?
Pengelola TSTJ belum mengizinkan anak dibawah usia 5 tahun masuk ke kompleks taman konservasi tersebut.
Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santosa mengatakan bila ada pengunjung yang nekat, maka akan diminta putar balik.
"Ada yang tetap membawa akan langsung ditolak," kata Bimo, Minggu (21/2/2021).
"Ada yang membawa di bawah umur 5 tahun akan kami suruh putar balik," tambahnya.
Baca juga: Anak Usia Diatas 5 Tahun Boleh Masuk Bonbin Jurug Solo, Jumlah Wisatawan Langsung Meningkat
Baca juga: Melihat Kado Mewah Raffi Ahmad dan Nagita di Hari Ulang Tahun, Intip Harganya Berikut Ini
Baca juga: Sederet Artis Ibu Kota yang Terdampak Banjir: Irish Bella Baru Pertama Kali, Nicky Tirta Menikmati
Sudah ada ribuan pengunjung yang ditolak lantaran melanggar surat edaran Wali Kota Solo.
Pendataan para pengunjung, sambung Bimo, akan dilakukan untuk menerapkan surat edaran Wali Kota yang berlaku.
Termasuk, itu untuk menekan risiko penyebaran Covid-19 di kawasan TSTJ Solo.
"Harua didata nama dan dari mana, kalau ada apa-apa minimal kita sudah mendata," ucap Bimo.
"Alhamdulilah sampai detik ini tidak ada yang positif, pengunjung tidak ada keluhan," tambahnya.
Pengunjung Meningkat
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo mulai kembali bergeliat saat pembelakuan PPKM Mikro ini.
Hal ini tak lepas dari pelonggaran aturan bagi anak-anak ke TSTJ.
Jumlah kunjungan wisatan di TSTJ Solo terus meningkat, terlebih saat akhir pekan atau hari libur.
Direktur Utama TSTJ Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santosa mengatakan, kini rata-rata pengunjung lebih dari 200 orang, khususnya saat akhir pekan.
"Khusus hari Minggu, Minggu kemarin jumlahnya 114 pengunjung. Ini tadi pukul 14.00 WIB, jumlahnya 250 pengunjung," kata Bimo, Minggu (21/2/2021).
Baca juga: Kunjungi Pasar Gede Solo, Dimas Beck Tampil Pakai Kemeja dan Celana Pendek: Katanya Enak
Baca juga: Wujudkan Energi Bersih dan Galakkan Transportasi Massal, PLN Penuhi Listrik KRL Jogja-Solo
Baca juga: Banjir Kepung Ibu Kota, Perjalanan KA Bengawan dan Dwipangga ke Solo Terganggu
Baca juga: Kena Razia Knalpot Brong di Solo, Belasan Pengendara Motor Gigit Jari: Kendaraan Disita Polisi
Sementara hari biasa, Bimo mengatakan juga terjadi peningkatan dibanding sebelum penerapan PPKM Mikro.
Rata-rata pengunjung TSTJ per hari saat itu hanya sebanyak 20 orang.
"Setelah anak usia 5 tahun ke atas boleh masuk, rata-rata di luar hari Minggu sebanyak 50 orang," tutur Bimo.
Meski mengalami peningkatan, protokoler kesehatan tetap dijalankan secara ketat.
Pengunjung yang masuk tetap harus cuci tangan dan melewati pengecekan terlebih dulu sebelum akhirnya masuk.
"Jadi tidak perlu takut ke TSTJ. Bagi yang tidak bawa masker dan memerlukan face shield kita siapkan," ucap Bimo.

Pembelajaran Jarak Jauh Tak Efektif
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) mengakui pembelajaran jarak jauh ( PJJ) yang sudah berlangsung selama pandemi Covid-19 telah menurunkan kualitas belajar siswa.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri mengatakan, hal itu disebabkan materi pelajaran yang diberikan pada saat PJJ tidak sebanyak pada sekolah tatap muka.
"Secara akademis tentu ada penurunan hasil belajar siswa karena bagaiamanapun guru-guru kita memberikan materi tentu total materinya jauh di bawah situasi normal ketika anak-anak itu belajar tatap muka," kata Jumeri dalam sebuah diskusi yang disiarkan akun Youtube MNC Trijaya, Sabtu (23/1/2021).
Jumeri mengakui, materi pelajaran yang diberikan guru kadang-kadang belum tentu dapat dipahami murid saat belajar tatap muka di sekolah. "Apalagi ini, jarak jauh," ujar Jumeri.
Selain itu, Jumeri menyebut sistem PJJ membutuhkan peran serta orangtua, keluarga, dan lingkungan sekitar murid.
Namun, kadang-kadang orangtua murid tidak dapat berperan banyak karena memiliki keterbatasan seperti harus bekerja atau tidak mampu membimbing anaknya belajar pada materi-materi pelajaran tertentu.
Untuk itu, Kemendikbud meminta para guru agar penilaian para murid tidak hanya didasarkan pada kemampuan murid menjawab soal-soal yang diberikan.
"Tapi kesungguhan, motivasi, kedisiplinan anak-anak kita dalam mengikuti pembelajaran itu juga menjadi satu penilaian, itu bagian penilaian karakter," kata Jumeri.
Para guru juga diminta membangun komunikasi dengan orangtua murid untuk melaporkan kondisi belajar di rumah mereka masing-masing.
Pembelajaran jarak jauh sudah mulai diterapkan sejak Maret 2020 untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kemendikbud Akui Pembelajaran Jarak Jauh Menurunkan Kualitas Belajar"
Penulis : Ardito Ramadhan
Editor : Egidius Patnistik