Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Harga Cabai Meroket

Harga Cabai Rawit Merah Meroket di Solo Raya, Menteri Pertanian : Masih Wajar

Tingginya harga cabai di pasaran disebabkan faktor cuaca ekstrim. Namun hal tersebut disikapi sebagai hal yang wajar oleh Menteri Pertanian.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Rahmat Jiwandono
TribunSolo.com/Agil
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) saat melakukan kunjungan di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jumat (5/3/2021). 

"Kesejahteraan petani secara ekonomi belum bisa dibanggakan, karena masih ketergantungan pupuk kimia," kata dia saat berbincang dengan Tribunnews.com.

"Mereka masih sering gali lubang tutup lubang," imbuhnya.

Penggunaan pupuk kimia banyak ditemukan masalah di lapangan, karena pupuk kimia memiliki harga yang flukuatif dan cenderung tidak stabil.

Apalagi d isaat pupuk kimia langka, dan seringkali distribusinya akan terlambat, yang membuat masa tanam petani terganggu.

Dengan melihat hal tersebut, Pemkab Ngawi membuat program jangka panjang yang diberi nama program kemandirian ramah lingkungan pertanian berkelanjutan.

"Petani harus mandiri, karena masih banyak ketergantungan saat budidaya dan paska panennya," ucapnya.

"Produktifitas dan kesejahteraan harus naik, dengan kita menurunkan ongkos produksinya dengan program kemandirian ramah lingkungan pertanian berkelanjutan," jelasnya.

Dikatakan, program ini direncanakan ak berlangsung selama tiga tahun, dengan transisi penggunaan pupuk kimia ke organik.

Menurutnya, perpindahan penggunaan pupuk kimia ke organik membutuhkan proses yang panjang.

Pasalnya tanah pertanian tidak bisa langsung menggunakan pupuk organik sepenuhnya.

"Jika konsisten petani bisa mengganti pupuk kimia dengan pupuk organik, paling tidak programnya 3 tahun," terangnya.

Baca juga: Alasan Mengapa Banyak Orang Luar Negeri Naksir & Berani Bayar Mahal Kayu Jati Ngawi

Baca juga: Kumpulan Kata-kata Bijak tentang Takdir yang Bisa Dijadikan Renungan, Cocok Dibagikan Facebook, WA

"Dengan pengurangan menggunakan kimia pelan-pelan, agar produktivitasnya tidak langsung hilang," imbuhnya.

Lebih lanjut dia menuturkan, petani di Ngawi sendiri sudah dapat memproduksi beras organik, yang dapat dijual dengan harga Rp 25 ribu per kilogram.

Pengurangan kuota pupuk subsidi oleh pemerintah pusat ini dijadikan kesempatan untuk Pemkab Ngawi menjadikan petaninya lebih kreatif.

Di antaranya dengan membuat pupuk organik mandiri yang berkualitas, dan memberikan sosialisasi untuk membuat benih sendiri.

"Petani harus lebih kreatif dengan menciptakan pupuk sendiri agar tidak ada ketergantungan dengan pihak ketiga," ucap dia.

"Dan kami memberikan wawasan untuk petani membuat benih sendiri, jadi kesejahteraan petani meningkat," akunya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kabar Gembira, Pemkab Karanganyar Dapat Alokasi Tambahan Pupuk 3.700 Ton

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved