Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Dalang Wartoyo di Boyolali : Raup Rp 80 Juta Per Pentas,Kini Gigit Jari,Jual Mobil untuk Makan

Di balik aksi protes Ki Dalang Gondo Wartoyo yang menghancurkan gamelan hingga gong dengan palu, ternyata tersembunyi cerita lain.

Penulis: Azfar Muhammad | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Istimewa
Ki Dalang Gondo Wartoyo di Dukuh Bulu RT 004 RW 003, Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. 

"Pernah diundang oleh bupati dengan bayaran sampai Rp 80 juta per malam," aku dia.

Disamping itu, Wartoyo menyampaikan penggemar dari pertunjukan wayangnya beragam di banyak daerah Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

"Penggemar wayang menyeluruhlah, dari wilayah Solo, Solo Raya, Klaten, Boyolali bahkan sampai ke Jawa Timur," paparnya.

Berbeda dengan saat ini, Wartoyo sampaikan omset yang ia dapatkan sebelum pandemi dan saat pandemi berubah jauh secara drartis.

Baca juga: Aurel dan Atta Halilintar Berencana Honeymoon ke Dubai, Tak Mau Ajak Keluarga Berdua Dulu

Baca juga: Eks Wonderkid Persis Solo Ade Fanny Ikut Seleksi, Selama Pandemi Bantu Orangtua Jualan Toge di Pasar

“Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu, banyak seniman dalang yang tidak bisa pentas wayang,” tutur dia.

Bahkan Sutoyo sampaikan seniman lain sudah banyak beralih profesi kemudian alat kesenian rusak karena menganggur.

“Sudah kena dampak, jual peralatan yang dipunya, bahkan seniman yang lain dan ngikut bantu rumah makan," ungkapnya.

Menjual Mobil untuk Makan

Saking remuknya karena pandemi, Dalang Wartoyo pun mengaku sampai menjual mobil untuk kebutuhan sehari-hari.

“Saya rela dan terpaksa menjual mobil untuk beli sembako dan kebutuhan rumah tangga, intinya apa yang kita punya kita jual untuk bertahan hidup,” ujarnya.

“Macam-macan mobil saya jual sampai 4, mulai dari mobil CRV, Honda New City, Feroza dan Picanto,” ungkapnya.

Selain itu, dirinya bahkan rela menggadaikan truk pribadinya untuk kebutuhan lain di pengusaha telur di Boyolali.

Hal itu terdesak dilakukan, karena sebelum pandemi, sebagai dalang dia bisa melakukan pementasan sebanyak 15 hingga 28 kali dalam satu bulan.

Namun kondisi berubah 360 derajat sehingga mencekik kehidupan para pelaku seni.

"Kalau sebelum pandemi saya bisa pentas 15 sampai 28 kali sebulan, tapi setahun ini tak ada,” ungkapnya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved