Cerita Otobus di Sleman, Sudah Terpukul Pandemi Covid-19, Kini Ditambah Aturan Larangan Mudik
Perusahaan bus sangat terdampak pandemi, apalagi sekarang ditambah larangan mudik, dirasa menyulitkan, bahkan berpengaruh sangat signifikan.
TRIBUNSOLO.COM - Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Sleman, Juriyanto Hadiwiyanto berharap ada perhatian dari pemerintah bagi para pelaku bisnis transportasi.
Pasalnya, dampak pandemi, apalagi sekarang ditambah larangan mudik, dirasa menyulitkan, bahkan berpengaruh sangat signifikan.
"Akibat pandemi (COVID-19) saja, kami sudah seperti ini sulit. Apalagi, ditambah mudik dilarang. Wah, sangat berdampak luar biasa," kata dia, kepada Tribunjogja.com, Jumat (16/4/2021).
Mudik lebaran menurutnya adalah momentum yang sebenarnya paling ditunggu.
Karena menjadi masa "panen" bagi bisnis transportasi.
Baca juga: Antisipasi Mudik, Perbatasan di Solo dan Sukoharjo Bakal Dijaga Ketat
Baca juga: Larang Warga dari Luar Solo Mudik Lebaran, Gibran: Kalau Mudik Lokal Tak Masalah
Baca juga: Tak Semudah Itu Mudik ke Solo, Hasil Swab Reaktif Atau Tidak, Pemudik Nekat Wajib Jalani Karantina
Baca juga: Bukan Antigen, Gibran Minta Warganya di Perantauan Bawa Swab Tes PCR Jika Terpaksa Mudik ke Solo
Namun adanya pelarangan dari Pemerintah, langsung mematahkan harapan tersebut, karena dipastikan berpengaruh pada penumpang.
Juriyanto mengungkapkan, semenjak dihantam pandemi Corona, penumpang armada antar kota dalam provinsi (AKDP) nyaris tidak ada.
Sebab, segala kegiatan dan tempat-tempat hiburan diberlakukan pembatasan, sehingga mobilitas masyarakat untuk bepergian semakin berkurang.
Kalaupun berpergian, warga lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi.
Alhasil, tidak ada pendapatan yang masuk.
"Bertahan saja kami tidak bisa. Artinya, untuk menutup biaya operasional saja, kami tidak sanggup," ungkap dia.

Organda Kabupaten Sleman, memiliki anggota sekitar 150 armada.
Terdiri dari angkudes dan bus antarkota dari beberapa operator.
Dari jumlah tersebut saat ini tidak semuanya beroperasi karena minim penumpang.
Sehingga beberapa perusahaan terpaksa mengandangkan armada sembari menunggu situasi kembali normal.