Berita Solo Terbaru
Nasib Kru Bus di Solo Ada Larangan Mudik, Sampai Jual Kambing & Kayu, Buat Menyambung Hidupnya
Para kru bus antar kota dalam provinsi (AKDP) harus memutar otak guna memenuhi kebutuhan keseharian mereka.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Apalagi, mayoritas bus AKDP Solo - Wonogiri bergantung dengan penumpang bus AKAP, khusunya jurusan Surabaya dan Semarang.
"Setelah ada pengumuman berhenti, penumpang tahu dan takut. Sebelum tanggal 5 Mei saja, penurunan sudah terasa," kata Catur kepada TribunSolo.com, Jumat (7/5/2021).
"Penumpang tambah kritis. Yang pasti tambah tidak ada penumpang," tambahnya.
Setidaknya 10 penumpang, ungkap Catur, bisa diangkut sebelum adanya larangan mudik.
Baca juga: Larangan Mudik di Solo, Gibran Sebut Bakal Koordinasikan Mudik Lokal dengan Pusat: Sementara Boleh
Dari pantauan TribunSolo.com, sejumlah bus AKDP di Terminal Tipe A Tirtonadi Kota Solo tidak ada penumpang.
Kursi-kursinya kosong, tidak ada yang menduduki.
"Kalau kosong (langsung) pulang, tidak balik lagi," ucap Catur.
Menurunnya jumlah penumpang membuat pemasukan para kru bus berkurang drastis.
Bahkan, mereka hatus tombok ratusan ribu rupiah untuk operasional, misalnya, biaya bahan bakar. Sekali isi, bus AKDP biasanya menghabiskan biaya Rp 400 ribu.
"Itu bervariasi tergantung tadi bawa penumpang tidak, kalau bawa tomboknya kisaran Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Biasanya patungan," ujarnya.
Baca juga: Larangan Mudik di Solo, Gibran Sebut Bakal Koordinasikan Mudik Lokal dengan Pusat: Sementara Boleh
Catur mengungkapkan, sejumlah perusahaan otobus juga melakukan pengurangan armada yang beroperasi.
Jam operasionalnya juga tidak penuh, ditentukan pengurus perusahaan otobus.
"Bus Al-Amin, misalnya, ada 10 armada, tapi yang jalan cuma 3 armada," ungkapnya. (*)