Berita Solo Terbaru
Dengar Curhatan Difabel Soal Kartu Pra Kerja, Menteri Airlangga : Modelnya Sedang Kita Siapkan
Menko Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto merespon masukan difabel soal pelatihan program Pra Kerja.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Menko Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto merespon masukan difabel soal pelatihan program Pra Kerja secara optimal.
Sahabat Tuli, misalnya, mereka harus bekerja keras untuk memahami maksud gerak bibir narasumber.
Selain itu, mereka harus mengunduh aplikasi penerjemah.
Itupun masih menghadapi tantangan.
Aplikasi kadang tidak bisa mengikuti kecepatan bicara narasumber.
Baca juga: Rekor Tertinggi Selama Pandemi, Covid-19 di Karanganyar Tembus 810 Kasus dalam Kurun Waktu 2 Bulan
Baca juga: Kisah Anisa Penjual Tunarungu Asal Magelang : Ikut Pra Kerja Jokowi Tapi Download Aplikasi Khusus
Akhirnya, membuat pemahaman mereka tersendat-sendat.
Adanya semacam subtitle menjadi salah satu yang diharapkan ada selama pelatihan online.
Menko Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto merespon keluh kesah tersebut.
"Jadi tadi kita melihat luar biasa disabilitas menyesuaikan antara instruksi lisan dengan menerjemahkan menjadi bahasa tulis," kata dia, Jumat (18/6/2021).
"Sehingga ini menjadi suatu catatan bagi program sehingga ke depan ada beberapa program yang kita coba supaya friendly Difabel," tambahnya.
Airlangga mengatakan model ramah Disabilitas saat ini tengah diramu tim Pra Kerja.
"Nanti modelnya akan kita siapkan," ujarnya.
Kisah Penerima
Keterbatasan pendengaran tidak membuat Anisa Kusumawardani berpangku tangan dengan orang di sekitarnya.
Sahabat Tuli asal Magelang tersebut memilih bekerja sebagai pustakawan di SD Negeri Salam 1.
Itu dilakukan sejak lulus kuliah dan sudah berjalan lebih kurang 2 tahun.
Kerja kerasnya itu demi membantu ekonomi keluarga.
Tak berhenti di situ, Anisa kemudian berkeinginan untuk melakukan penghasilan sampingan dengan membuka usaha.
Reseller busana muslim yang tercetus di pikirannya.
Ia kemudian mencari-cari informasi soal modal usaha.
Itu dilakukannya, salah satunya melalui media sosial instagram.
Baca juga: Hanya di Colomadu Karanganyar, Rumah Dipasangi Stiker Merah Putih : Tandanya Masih Isolasi Mandiri
Baca juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 17 Telah Ditutup, Catat Pengumuman & Cara Mengecek Lolosnya
Tahun 2020, didapatinya informasi tentang program Pra Kerja yang dicetuskan Presiden Jokowi.
Dimana para pendaftar mendapat insentif Rp 2,4 juta sebagai modal usaha.
Ikutlah ia mendaftar. Anisa harus menguras keringatnya.
"Saya tertarik ingin menambah pengetahuan dan membangun ekonomi keluarga," kata Anisa kepada TribunSolo.com saat acara dialog Menko Perekonimian Airlangga dengan Penerima Kartu Prakerja di Alila Hotel Solo, Jumat (18/6/2021).
Ia menyisihkan waktunya setelah bekerja untuk mendaftar belum juga masalah jaringan yang kadang ada kadang tenggelam.
Itupun tidak sekali jadi. Tiga kali Anisa harus mendapat penolakan. Namun, itu tidak menggoyahkan niatnya.
Dicobalah pendaftaran pra kerja gelombang ke-empat dan mimpi Anisa untuk mendapat modal usaha tercapai.
Empat pelatihan diikutinya di antaranya, cara berjualan melalui media sosial, cara membuat kopi, cara untuk membuat foto produk, dan tutorial make up dasar.
"Sore hari setelah pulang kerja, saya langsung cari spot internet yang bagus supaya bisa ikut pelatihan," kata Anisa.
Pelatihan itu memberikan tantangan bagi Anisa. Ia harus mencari cara agar dirinya bisa memahami penjelasan pembicara.
"Awalnya agak kebingungan, kemudian menggunakan aplikasi mengubah suara jadi teks supaya bisa memahami," tutur dia.
"Selain itu juga membaca gerak bibir," tambahnya.
Baca juga: Curhatan Warga Boyolali Terdampak Tol Solo-Jogja : Proyek Berjalan, Tapi Kini Belum Dapat Ganti Rugi
Baca juga: Hercules Remote Made In Boyolali Bikin Kagum : Dibuat 2 Pria Lulusan SMA, Dibanderol Rp 5 Juta
Meski begitu, Anisa tetap menghadapi tantangan.
Penjelasan yang terlalu cepat narasumber menjadi satu diantaranya.
"Penjelasan terlalu cepat, aplikasi kadang tidak bisa mengimbangi. Harus lihat prosesnya secara visual," ucapnya.
Bila dirinya kebingungan dengan penjelasan. Anisa memanfaatkan fitur chat yang ada di aplikasi.
"Untuk bisa lebih memahami, biasanya coba untuk praktik sendiri," ujarnya.
Anisa berharap ke depan ada fasilitas subtitle supaya Sahabat Tuli bisa optimal dalam pelatihan.
"Sebenarnya lebih baik ada substitle. Semisal tidak ada penerjemah bahasa isyarat, masih bisa mengikuti dengan melihat langsung di monitor," ucapnya. (*)