Berita Sukoharjo Terbaru
Ini Roti Widoro, Oleh-oleh Legendaris Sukoharjo: Ada Sejak 1922, Resep Mantan Koki Keraton Solo
Sukoharjo memiliki kuliner roti yang melegenda. Namanya, Roti Widoro. Bahkan keberadaanya sudah sejak tahun 1922.
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Muhammad Irfan Al Amin
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Sukoharjo memiliki kuliner roti yang melegenda.
Namanya, Roti Widoro. Bahkan keberadaanya sudah sejak tahun 1922.
Bila dihitung sampai saat ini usianya sudah 99 tahun.
Baca juga: Inilah Tempat Kuliner Langganan Puan Maharani di Solo, Lho, Ternyata Juga Langganannya Ganjar
Baca juga: Cerita Soto Girin, Legenda Kuliner Sragen Sejak 1953 : Pemilik Bangga, Sheila on 7 Sering Mampir
Ternyata, Roti ini memiliki sejarah panjang sejak zaman pendirinya dahulu.
Roti yang sudah eksis sejak tahun 1922 ini ternyata mulanya disajikan oleh seorang koki kerajaan.
Menurut pengelola pabrik dan toko roti Widoro, Sri Hantanto (48), ide dan resep roti berasal dari kakeknya yang bernama Wongso Dinomo.
"Dahulu kakek adalah seorang koki Keraton Surakarta yang kemudian pulang ke daerah asalnya di Sukoharjo," katanya pada Selasa (22/6/2021).
Baca juga: Daftar Kuliner Legendaris di Solo yang Tetap Buka Selama Libur Lebaran, Sampai Membludak
Sang kakek yang menguasai aneka resep makanan kerajaan memilih membuat usaha roti dan dia beri nama sesuai nama dusun yang dia pijaki.
"Nama Widoro ini sendiri berasal dari nama dusun yaitu, Dusun Widoro, Kelurahan Kepuh, Kecamatan Nguter, Sukoharjo," ujarnya.
TribunSolo.com berkesempatan menyaksikan langsung proses pembuatan roti tersebut.
Uniknya, roti Widoro menggunakan bahan telur bebek dan bukan telur ayam.
Baca juga: Pemkab Sragen Tak Larang Kuliner Daging Anjing: Tidak Banyak yang Jual, Perda Juga Tak Ada
"Telur bebek berfungsi sebagai pengembang alami sehingga terasa nikmat saat disantap," terangnya.
Selain itu proses pembuatan juga masih manual dan minim bantuan alat teknologi.
"Pegawai saya 6 orang dan laki-laki semua, jadi dari tepung gandum dan adonan lainnya diaduk menjadi satu hingga proses pengemasan kami lakukan secara manual," jelasnya.
Baca juga: Aktivis Desak Gibran, Diminta Berani Akhiri Status Solo Sebagai Kota Pecinta Kuliner Daging Anjing