Berita Boyolali Terbaru
Potret Penampakan Buaya di Sungai Tempuran Boyolali, Warga Khawatir: Lokasi Sering untuk Cari Pasir
Sosok buaya tiba-tiba muncul di Sungai Tempuran Dukuh Gombol, Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali , Jumat (2/7/2021) pagi.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Sosok buaya tiba-tiba muncul di Sungai Tempuran Dukuh Gombol, Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali , Jumat (2/7/2021) pagi.
Buaya yang direkam warga tersebut terlihat sekitar 1 meter.
Dalam rekaman tersebut terlihat buaya itu berjemur dan kemudian masuk dalam air.
Informasi yang dihimpun TribunSolo.com, kemunculan buaya tersebut awalnya diketahui oleh warga yang bernama Yakub.
Dia sedang beristirahat di dekat sungai, sekitar pukul 10.00 WIB.
Baca juga: Kesaksian Tetangga Warsidin Sragen : 20 Tahun Hidup Berdampingan dengan Buaya, Antara Takut & Tidak
Baca juga: Inilah Buaya Milik Warga Sragen : Dipelihara 20 Tahun, Berbobot 3 Kuintal & Panjang Hampir 3 Meter
Saat itu, sosok buaya tersebut terlihat sedang berjemur di pinggir sungai.
Yakub saat itu mencoba mendekat dan memastikan sosok buaya tersebut.
Dia juga sempat merekam penampakan buaya tersebut.
Baca juga: Nasib Dadang Buaya, Sosok yang Garang saat Serang Kantor Polisi dan TNI, Kini Berdiri Pun Tak Bisa
Setelah itu, kemudian dia pulang dan memberitahu warga yang diteruskan kepada perangkat desa setempat.
Kemudian laporan tersebut diserahkan ke pihak berwenang.
Suripto (49) salah satu warga setempat mengaku baru pertama kali mendengar kabar munculnya penampakan buaya di sungai tersebut.
Baca juga: Ingat Buaya Berkalung Ban di Palu yang Dulu Pernah Viral? Kini Muncul Kembali, Lihat Kondisinya
"Tadi ada salah satu warga yang melihat seekor buaya tersebut sedang berjemur, panjangnya sekitar 1 meter," kata Suripto kepada TribunSolo.com, Jum'at (2/7/2021).
Dia berharap buaya dapat segera ditangkap agar tidak meresahkan warga.
Pasalnya, Sungai Tempuran dimanfaatkan warga untuk mencari pasir.
Baca juga: Buaya Muara Sepanjang 2,9 Meter Terjebak di Parkiran Mall, Terungkap Simpan Telurnya di Ruko Kosong
“Selain itu juga dekat areal pesawahan. Keberadaan buaya bisa membahayakan warga, kalau dibiarkan, buaya bisa semakin besar," harapnya.
Pantauan TribunSolo.com di lokasi, sekitar Pukul 16.45 WIB, terlihat tim Damkar Boyolali, dibantu relawan, warga sekitar dan petugas Polsek Boyolali Kota.
Terlihat mereka pun kemudian turun ke sungai melakukan pencarian.
Namun hingga petang hari, buaya belum berhasil ditangkap.
Warga Sragen Pelihara Buaya
Hidup berdampingan dengan hewan ternak seperti ayam, burung, bebek dan sejenisnya di lingkungan warga sudah biasa.
Namun apa jadinya jika selama 20 tahun berdampingan dengan seekor buaya muara yang kini berbobot 3 kuintal dan panjang 2,8 meter.
Ini benar-benar terjadi di lingkungan warga di ada di Desa/Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen.
Lantas seperti apa kisahnya?

Adalah Warsidin (75), seorang purnawirawan TNI yang diketahui memelihara buaya itu.
Sebelum diserahkan ke diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, selama puluhan tahun dia merawatnya.
Baca juga: Viral Wanita di Kalbar Alami Kejang-kejang dan Tangan Kaku Setelah Divaksin, Diduga Kena DBD
Baca juga: Detik-detik Juperi Dimangsa Buaya yang Biasa Ia Beri Makan, Jasadnya Sudah Tak Utuh Lagi
Bahkan letak kandang dengan rumah warga hanya sejengkal, sekitar belasan meter.
Belum lama kandang juga sederhana, hanya ditutup bangunan semi permanen berlapis lempengan drum bekas, bukan jeruji besi.
Dia mengaku telah memelihara buaya sejak dirinya pensiun dari TNI tahun 2001.
"Awalnya buaya itu kan gini, waktu di Indramayu, ada orang yang mau bangun masjid, kebetulan orang tersebut punya buaya kecil," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (25/6/2021).
Ia mengatakan di Kabupaten Indramayu memiliki penangkaran buaya yang besar-besar.
"Mungkin anakan buaya itu hanyut di sungai yang mengalir ke bawahnya, kemudian ditemukan oleh orang tersebut," jelas dia.
Karena pada dasarnya pihaknya pecinta hewan, kemudian buaya tersebut ditukarkannya dengan uang.
"Kemudian saya tukar uang, waktu tahun 2001 itu saya bayar Rp 1 juta," ujarnya.
Kemudian, karena purna tugas, akhirnya Warsidin memelihara buaya tersebut di rumahnya di Sambungmacan.
Baca juga: Merapi Bergemuruh Kembali, Musuk Boyolali Diguyur Hujan Abu Vulkanik, Tapi Warga Tak Pergi Mengungsi
Baca juga: Viral Mahasiswi Rela Hidup di Hutan Selama 10 Bulan demi Meneliti Monyet, Begini Kisahnya
Kemudian, ia rawat dengan penuh kasih sayang hingga besar.
"Lama kelamaan saya senang, waktu itu juga dengar kabar berita, di kebun binatang Surabaya, ada buaya yang meninggal, apakah kurang makan?," jelasnya.
Warsidin ingin menantang dirinya, apakah dirinya mampu merawat buaya.
"Saya pelihara, saya kasih makan tertib dan teratur, akhirnya bisa hidup selama 20 tahun," kata dia.
Bahkan, Warsidin pun rela merogoh kocek dalam, untuk membelikan makan buaya, yakni beberapa ekor ayam.
"Ya namanya senang, dibuat untuk dibelikan berapapun (ayam) kan ya senang, terakhir itu saya beli 6 ekor ayam besar-besar yang sudah mati," jelasnya.
Menurutnya, pelihara buaya hal yang paling mudah untuk dilakukan.
Bahkan, selama ini tidak berpengaruh ke lingkungan sekitar, karena dikandang dengan ketat.
"Yang penting itu makannya teratur, kandangnya juga harus kuat, saya buat kandangnya itu ukuran 3 x 2,5 meter, kuat itu pakai seng," terangnya.
Karena dikasih makan ayam mati, pihaknya hanya mengeluarkan uang sebanyak Rp 80.000 perbulan.
"Kalau makannya setengah bulan sekali, bisa dikasih 3-4 ekor, dalam sebulan ya kira-kira bisa habis Rp 80 ribu," tambahnya.
Alasan Dilepas
Warsidin mengaku, dirinya rela melepas buaya kenangannya karena pihaknya sudah tua.
"Pertama gini, saya sudah tua, ibu juga sudah tua, jadinya mulai was-was," kata dia.
Kemudian, selain itu banyak burung dara tetangga yang datang ke kandang buaya untuk minum.
"Ada burung dara yang suka minum di bagian kolam buaya, kan buaya suka sama burung dara, dia ikut lompat-lompat," ujarnya.
"Takutnya merusak kandang, terus keluar, kalau tahunya siang nggak papa, kalau malam, kan berbahaya," tambahnya.
Meski berat melepaskan buaya kesayangan, Warsidin mengaku ikhlas demi keselamatan bersama.
Baca juga: Kronologi Tenaga Kesehatan di Garut Dipukul Keluarga Pasien Gara-gara Kelamaan Pakai APD
Baca juga: Nasib Dadang Buaya, Sosok yang Garang saat Serang Kantor Polisi dan TNI, Kini Berdiri Pun Tak Bisa
"Saya sayang betul itu, saya rawat dari kecil hingga besar, teratur makannya, sekarang katanya dibawa ke Semarang," ujarnya.
Bahkan besarnya buaya, membuat proses evakuasi berjalan dengan cukup lama.
Bahkan, memakan waktu selama 1,5 jam.
Proses evakuasi dibantu oleh petugas dari BKSDA, kepolisian dan koramil terdekat.
"Kalau mereka punya teorinya sendiri, tampar dikasih kolong, kemudian dia masukkan ke mulutnya, kemudian buaya terguling-guling, hingga semua badannya terikat," jelasnya.
Kemudian, buaya dimasukkan kedalam truk yang diangkat oleh 9 orang. (*)