Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Misteri Buaya di Sungai Boyolali : Katanya Sudah Ditangkap, Tapi Warga Tidak Diberitahu, Kini Cemas

Keberadaan buaya cukup besar di Tempuran Kali Pepe, Kabupaten Boyolali yang menghebohkan warga masih menjadi misteri.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Dok Suripto
Penampakan buaya besar di Tempuran Kali Pepe yang tak jauh dari kawasan wisata Tlatar di Dukuh Gombol, Desa Kebonbimo, Kecamatan/Kabupaten Boyolali, Jumat (2/7/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Keberadaan buaya cukup besar di Tempuran Kali Pepe, Kabupaten Boyolali yang menghebohkan warga masih menjadi misteri.

Di balik misterinya itu, beredar kabar via pesan WhatsApp (WA) buaya sudah ditemukan.

Namun warga Dukuh Gombol, Desa Kebonbimo, Kecamatan/Kabupaten Boyolali mengaku tidak melihat bukti nyatanya buaya tersebut.

Hal ini dikatakan Suripto (49) yang merupakan ayah dari anak yang pertama kali melihat dan merekam penampakan buaya di kali tersebut.

"Berita ini masih simpang siur, kalau benar kenapa yang menangkap semalam nggak ngasih kabar sama warga," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (3/7/2021).

Baca juga: Viral Buaya Besar di Sungai Boyolali Dekat Tlatar : Seakan Meneror Warga, Dicari-cari Belum Ketemu

Baca juga: Potret Penampakan Buaya di Sungai Tempuran Boyolali, Warga Khawatir: Lokasi Sering untuk Cari Pasir 

"Padahal kemarin saya pulang habis maghrib, terus ada anak suruhan Pak Cip sudah nyari sampai jam 8 hasilnya nihil," tambahnya.

Kemudian, sebagian warga berkumpul di depan rumah hingga pukul 24.00 WIB.

"Nggak ada orang lewat dari rombongan tim itu, tapi kenapa paginya pada heboh katanya sudah ketangkap, padahal warga tidak ada yang tahu," jelasnya.

Meski begitu, warga tetap melakukan pemantauan pada siang hari ini.

"Tadi cuaca nggak terlalu panas, mungkin buayanya nggak berjemur, tapi ada yang mantau, sampai sore ini katanya juga belum muncul," terangnya.

Warga lain, Nanang menjelaskan, keberadaan buaya yang masih misterius, membuat warga was-was untuk mendekat ke sungai.

"Jadi was-was mau ke sungai," kata dia.

Viral Buaya Besar

Rekaman detik-detik buaya besar tengah berjemur tak sengaja ditemukan di Tempuran Kali Pepe Kabupaten Boyolali viral di mana-mana.

Bagaimana tidak, buaya ditemukan di pedalaman luar Jawa sudah biasa.

Tetapi buaya dengan besar 1-2 meter itu, tak mudah ditemukan di sungai-sungai Jawa pada umumnya. 

Apalagi buaya itu hanya berjarak belasan meter dari persawahan dan ratusan meter dengan permukiman warga Dukuh Gombol, Desa Kebonbimo, Kecamatan/Kabupaten Boyolali.

Lokasi penemuan pun tak jauh dari kawasan wisata Tlatar.

Baca juga: Potret Penampakan Buaya di Sungai Tempuran Boyolali, Warga Khawatir: Lokasi Sering untuk Cari Pasir 

Baca juga: Geger Buaya Muncul di Sungai Tempuran Boyolali, Warga Lihat saat Istirahat di Pinggir Sungai

Video viral sekitar 1 menit itu menerangkan, sebagai berikut : 

Lihat gaes ini situasi daerah Tempuran, ada biaya liar ini. Ya lihatlah ini saya mendekat ini, pasti dia mau lari. Itu buaya bukan biawak, lihat gaes.

Usut punya usut, kemunculan buaya awalnya diketahui oleh warga yang bernama Yakub pada, Jumat (2/7/2021) pagi.

Dia sedang beristirahat di dekat sungai, tiba-tiba dikagetkan ada buaya berjemur di pinggiran.

Setelah itu, kemudian dia pulang dan memberitahu warga yang diteruskan kepada perangkat desa setempat.

Kemudian laporan tersebut diserahkan ke pihak berwenang. 

Warga sekitar, Suripto (49) selama berpuluh-puluh tahun mengaku baru pertama kali mendengar kabar munculnya penampakan buaya di sungai tersebut.

"Tadi ada salah satu warga yang melihat seekor buaya tersebut sedang berjemur, panjangnya sekitar 1 meter," kata dia kepada TribunSolo.com.

Dia berharap buaya dapat segera ditangkap agar tidak meresahkan warga. 

Pasalnya, Tempuran Kali Pepe dimanfaatkan warga untuk mencari pasir. 

Baca juga: Buaya Muara Sepanjang 2,9 Meter Terjebak di Parkiran Mall, Terungkap Simpan Telurnya di Ruko Kosong

“Selain itu juga dekat areal pesawahan. Keberadaan buaya bisa membahayakan warga, kalau dibiarkan, buaya bisa semakin besar," harapnya.

Bahkan sejak laporan itu, tim Damkar dibantu relawan, warga sekitar dan petugas Polsek Boyolali Kota mencari keberadaan buaya tersebut.

"Masih dicari," kata seorang petugas.

Pelihara Buaya 20 Tahun

Hidup berdampingan dengan hewan ternak seperti ayam, burung, bebek dan sejenisnya di lingkungan warga sudah biasa.

Namun apa jadinya jika selama 20 tahun berdampingan dengan seekor buaya muara yang kini berbobot 3 kuintal dan panjang 2,8 meter.

Ini benar-benar terjadi di lingkungan warga di ada di Desa/Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen.

Lantas seperti apa kisahnya?

Buaya super besar dievakuasi dan sosok pemilik Warsidin di lingkungan Desa/Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen, Jumat (25/6/2021).
Buaya super besar dievakuasi dan sosok pemilik Warsidin di lingkungan Desa/Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen, Jumat (25/6/2021). (TribunSolo.com/Septiana Ayu)

Adalah Warsidin (75), seorang purnawirawan TNI yang diketahui memelihara buaya itu.

Sebelum diserahkan ke diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, selama puluhan tahun dia merawatnya.

Baca juga: Viral Wanita di Kalbar Alami Kejang-kejang dan Tangan Kaku Setelah Divaksin, Diduga Kena DBD

Baca juga: Detik-detik Juperi Dimangsa Buaya yang Biasa Ia Beri Makan, Jasadnya Sudah Tak Utuh Lagi

Bahkan letak kandang dengan rumah warga hanya sejengkal, sekitar belasan meter.

Belum lama kandang juga sederhana, hanya ditutup bangunan semi permanen berlapis lempengan drum bekas, bukan jeruji besi.

Dia mengaku telah memelihara buaya sejak dirinya pensiun dari TNI tahun 2001.

"Awalnya buaya itu kan gini, waktu di Indramayu, ada orang yang mau bangun masjid, kebetulan orang tersebut punya buaya kecil," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (25/6/2021).

Ia mengatakan di Kabupaten Indramayu memiliki penangkaran buaya yang besar-besar.

"Mungkin anakan buaya itu hanyut di sungai yang mengalir ke bawahnya, kemudian ditemukan oleh orang tersebut," jelas dia.

Karena pada dasarnya pihaknya pecinta hewan, kemudian buaya tersebut ditukarkannya dengan uang.

"Kemudian saya tukar uang, waktu tahun 2001 itu saya bayar Rp 1 juta," ujarnya.

Kemudian, karena purna tugas, akhirnya Warsidin memelihara buaya tersebut di rumahnya di Sambungmacan.

Baca juga: Merapi Bergemuruh Kembali, Musuk Boyolali Diguyur Hujan Abu Vulkanik, Tapi Warga Tak Pergi Mengungsi

Baca juga: Viral Mahasiswi Rela Hidup di Hutan Selama 10 Bulan demi Meneliti Monyet, Begini Kisahnya

Kemudian, ia rawat dengan penuh kasih sayang hingga besar.

"Lama kelamaan saya senang, waktu itu juga dengar kabar berita, di kebun binatang Surabaya, ada buaya yang meninggal, apakah kurang makan?," jelasnya.

Warsidin ingin menantang dirinya, apakah dirinya mampu merawat buaya.

"Saya pelihara, saya kasih makan tertib dan teratur, akhirnya bisa hidup selama 20 tahun," kata dia.

Bahkan, Warsidin pun rela merogoh kocek dalam, untuk membelikan makan buaya, yakni beberapa ekor ayam.

"Ya namanya senang, dibuat untuk dibelikan berapapun (ayam) kan ya senang, terakhir itu saya beli 6 ekor ayam besar-besar yang sudah mati," jelasnya.

Menurutnya, pelihara buaya hal yang paling mudah untuk dilakukan.

Bahkan, selama ini tidak berpengaruh ke lingkungan sekitar, karena dikandang dengan ketat.

"Yang penting itu makannya teratur, kandangnya juga harus kuat, saya buat kandangnya itu ukuran 3 x 2,5 meter, kuat itu pakai seng," terangnya.

Karena dikasih makan ayam mati, pihaknya hanya mengeluarkan uang sebanyak Rp 80.000 perbulan.

"Kalau makannya setengah bulan sekali, bisa dikasih 3-4 ekor, dalam sebulan ya kira-kira bisa habis Rp 80 ribu," tambahnya.

Alasan Dilepas

Warsidin mengaku, dirinya rela melepas buaya kenangannya karena pihaknya sudah tua.

"Pertama gini, saya sudah tua, ibu juga sudah tua, jadinya mulai was-was," kata dia.

Kemudian, selain itu banyak burung dara tetangga yang datang ke kandang buaya untuk minum.

"Ada burung dara yang suka minum di bagian kolam buaya, kan buaya suka sama burung dara, dia ikut lompat-lompat," ujarnya.

"Takutnya merusak kandang, terus keluar, kalau tahunya siang nggak papa, kalau malam, kan berbahaya," tambahnya.

Meski berat melepaskan buaya kesayangan, Warsidin mengaku ikhlas demi keselamatan bersama.

Baca juga: Kronologi Tenaga Kesehatan di Garut Dipukul Keluarga Pasien Gara-gara Kelamaan Pakai APD

Baca juga: Nasib Dadang Buaya, Sosok yang Garang saat Serang Kantor Polisi dan TNI, Kini Berdiri Pun Tak Bisa

"Saya sayang betul itu, saya rawat dari kecil hingga besar, teratur makannya, sekarang katanya dibawa ke Semarang," ujarnya.

Bahkan besarnya buaya, membuat proses evakuasi berjalan dengan cukup lama.

Bahkan, memakan waktu selama 1,5 jam.

Proses evakuasi dibantu oleh petugas dari BKSDA, kepolisian dan koramil terdekat.

"Kalau mereka punya teorinya sendiri, tampar dikasih kolong, kemudian dia masukkan ke mulutnya, kemudian buaya terguling-guling, hingga semua badannya terikat," jelasnya.

Kemudian, buaya dimasukkan kedalam truk yang diangkat oleh 9 orang. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved