Berita Wonogiri Terbaru
Sebelum Meninggal, Harmoko Sempat Video Call Pengurus Ponpes Hanacaraka Wonogiri: Beri Pesan Ini
Menteri Penerangan era orde baru, Harmoko mendirikan sebuah pondok pesantren Hanacaraka di Kabupaten Wonogiri.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Biodata Harmoko
Harmoko adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat Menteri Penerangan, Ketua MPR, Ketua DPR, dan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar).
Harmoko juga dikenal sebagai jurnalis, mengetuai Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Dia pernah menjadi wartawan Harian Merdeka, Harian Angkatan Bersenjata, Harian API, dan Majalah Merdiko.
Pada 1970, Harmoko dan teman-temanya mendirikan harian Pos Kota.[1]
Kehidupan dan Pendidikan
Harun Muhammad Kohar atau lebih dikenal dengan nama Harmoko lahir di Nganjuk pada 7 Februari 1939 dari pasangan Asmoprawiro dan Soeriptinah.
Harmoko adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara.
Sejak kecil Harmoko sudah diajarkan membantu orangtuanya, misalnya menyapu halaman rumah.
Selesai menyapu, Harmoko baru pergi ke Sekolah Rakyat (SR).
Dia baru boleh bermain setelah selesai sekolah.
Setelah lulus Sekolah Rakyat, Harmoko meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama.
Dia kemudian melanjutkan ke SMA dan lulus pada 1960-an.
Menjadi wartawan
Harmoko berkarier sebagai wartawan karena terinspirasi ayahnya.
Ayahnya gemar membaca dan sering membelikan Harmoko buku bacaan.
Sewaktu kecil, Harmoko sering mencuri bacaan dari koran dan media massa lain yang dibaca ayahnya.
Harmoko mulai bercita-cita menjadi seorang wartawan ketika dia di kelas tiga Sekolah Rakyat.[3]
Selain itu, dia juga bercita-cita mendirikan korannya sendiri.
Harmoko terlibat aktif di Himpunan Budaya Surakarta dan mengikuti pendidikan jurnalistik.
Calon Menteri Penerangan ini memulai kariernya di dunia jurnalistik sebagai kolektor koran.
Dia kemudian menjadi wartawan di berbagai media, antara lain mingguan Berita Merdeka (1960-1962), Harian Merdeka (1962-1965), harian Angkatan Bersenjata, harian API, mingguan berbahasa Jawa Merdiko, mingguan Fajar dan Trisakti pada 1965.
Harmoko menjadi penanggung jawab redaksi Harian Merdeka pada 1965-1968.
Pada 1968-1969 menjabat pimpinan redaksi Mimbar Kita.
Harmoko turut mendirikan Pos Kota pada 16 April 1970 bersama teman-temannya.
Puncaknya, Harmoko pernah menjadi Ketua Cabang Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jakarta pada 1970-1972 dan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 1973-1983.[4]
Karier sebagai Politikus
Ketika menjadi Ketua PWI, Harmoko bertemu Presiden Soeharto dan diminta menjabat sebagai pemimpin Departemen Penerangan.
Harmoko mulai menjabat sebagai Menteri Penerangan pada 1983.
Dia terus mengemban jabatan ini selama tiga periode hingga 1997.
Harmoko dianggap mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto kala itu. Bahkan, Ia juga pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pemerintah ke publik.
Harmoko dianggap mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto ke rakyat.
Dia dikenal sebagai pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi menyampaikan informasi dari pemerintah ke rakyat.
Ketika menjabat sebagai Menteri Penerangan, Harmoko dapat dikatakan sebagai satu di antara orang kepercayaan Soeharto.
Soeharto tertarik dengan kemampuan Harmoko dan mengangkatnya sebagai Ketua Umum Golongan Karya (Golkar) pada 1993.
Soeharto memilih Harmoko karena dia berasal dari kalangan sipil.
Saat itu rakyat sudah tidak percaya pada ABRI dan ada tuntutan reformasi dalam tubuh Golkar.
Pilihan ini tepat, Harmoko piawai melakukan komunikasi politik.
Pada 1997, di bawah kepemimpinan Harmoko, Golkar berhasil meraih suara 74,3 persen, angka tertinggi dari pemilu-pemilu sebelumnya.
Soeharto kemudian menjadikan Harmoko sebagai Ketua DPR dan MPR mulai 1997.
Presiden Soeharto pada masa menjelang pemilihan 1998, sudah berniat mundur, tetapi Harmoko mendukungnya untuk kembali melanjutkan pemerintahan.
Namun, pada 18 Mei 1998, Harmoko tiba-tiba meminta Soeharto supaya mundur.
Hal ini menyebabkan ketegangan antara Harmoko dengan keluarga Soeharto.
Setelah reformasi terjadi, Harmoko mulai vakum dari dunia politik dan kembali ke dunia tulis-menulis yang dulu digelutinya.
Karya
Maling Teriak Maling (2011).
Zaman Edan (2010).
Ada Bom Waktu (2008).
Peran Indonesia Dalam AIPO (1999).
Globalisasi, Era Informasi dan Kesiapan SDM Indonesia (1998).
Naik Haji Hanya Untuk Ibadah (1994).
Komunikasi Sambung Rasa
Siapa Presiden 2014
Nasihat Harmoko Untuk Anak-Anak Dan Cucu-cucu
Non-Aligned Movement In The Era Of Globalization
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: BREAKING NEWS: Menteri Penerangan Era Orde Baru Harmoko Meninggal Dunia dan TribunnewsWiki.com dengan judul: Harmoko