Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Pencarian Penambang Pasir yang Dilaporkan Tenggelam di Sragen Dilanjutkan Besok: Radius 5 Km

Tim SAR gabungan terus mencari korban tenggelam di Sungai Bengawan Solo, hingga Sabtu (24/7/2021) malam.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Agil Trisetiawan
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Tim SAR melakukan pemantauan untuk mencari Sarwan (65), penambang pasir yang tenggelam di sungai Bengawan Solo, Sabtu (24/7/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Tim SAR gabungan terus mencari korban tenggelam di Sungai Bengawan Solo, hingga Sabtu (24/7/2021) malam.

Korban tenggelam ialah Sarwan (65) warga Dukuh Newung, RT 09, Desa Newung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen.

Anggota SAR Himalawu, Totok Marwoto mengatakan proses pencarian malam ini hanya dilakukan pemantauan.

"Malam ini cuma pemantauan, karena kalau pencarian malam hari kurang efektif, pergerakan tetap besok pagi," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (24/7/2021).

Baca juga: Faktor Kedalaman Sungai, Warga Tak Berani Menyelam Cari Penambang Pasir yang Tenggelam di Sragen

Baca juga: Penambang Pasir di Sragen Dilaporkan Tenggelam di Sungai Bengawan Solo: Dipanggil Istri Tak Dijawab

Proses pencarian melibatkan 17 tim gabungan, dengan puluhan personel.

"Luas pemantauan sekitar 5 km dari titik tenggelam," singkatnya.

"Nantinya akan dibuat pos-pos, dan dibagi personel ditiap posnya," tambahnya.

Hingga pukul 19.20 WIB, tim SAR masih menunggu kelengkapan personel, untuk dilakukan pembagian tugas.

Satu buah perahu karet dari BPBD Sragen, juga sudah diterjunkan untuk membantu proses pencarian.

"Agar pembagian tugasnya mudah, tim mana yang menyelam, tim mana yang melakukan penyisiran," pungkasnya.

Warga saat melihat lokasi penambang pasir tenggelam di Bengawan Solo di Desa Newung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen.
Warga saat melihat lokasi penambang pasir tenggelam di Bengawan Solo di Desa Newung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen. (TribunSolo.com/Septiana Ayu)

Kedalaman Sungai 4 Meter

Warga di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen hanya mengamati permukaan air di aliran sungai Bengawan Solo.

Pasalnya, seorang penambang pasir bernama Sarwan (45) warga Newung, RT 09, Desa Newung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen dilaporkan tenggelam, Sabtu (24/7/2021).

Menurut ketua RT setempat, warga tak bisa berbuat banyak karena faktor kedalaman sungai.

"Warga sini belum berani menyelam, nggak ada yang bisa, karena memang dalam," katanya.

Baca juga: Penambang Pasir di Sragen Dilaporkan Tenggelam di Sungai Bengawan Solo: Dipanggil Istri Tak Dijawab

Baca juga: Gerakan Dapur Umum Geliatkan Ekonomi Mikro di Sragen: Bisa Pekerjakan lagi Karyawan yang Dirumahkan

Baca juga: Jeritan Pedagang di Rest Area Tol Masaran Sragen: Jalan Tol Sepi, Rasanya Mau Nangis

Baca juga: PMI Sragen Cari Pendonor Plasma Konvalesen, Bantu Kesembuhan Pasien Covid-19, Ini Syaratnya

Kedalaman sungai Bengawan Solo dimana korban dilaporkan hilang sedalam empat meter.

Sehingga sangat berbahaya bagi warga untuk menyelam melakukan pencarian.

Warga hanya bisa mengapati permukaan sungai, dengan harapan menemukan tanda-tanda keberadaan Sarwan.

Sarwan sendiri dilaporkan tenggelam oleh istrinya.

Terakhir, sang istri mengetahui suaminya tengah bekerja menambang pasir.

Namun saat dicari, keberadaan korban belum diketahui hingga saat ini.

Sehingga disimpulkan korban diduga tenggelam.

"Istrinya kan mau membantu mengangkat pasirnya, waktu sudah sampai di sungai, dipanggil tidak ada jawaban," jelasnya.

Tim Sar gabungan dari BPBD Sragen dan sejumlah relawan telah tiba dilokasi kejadian.

Kasus Lain di Sragen

Nasib malang tak bisa ditolak Sagimin, kakek 58 tahun asal Dukuh Mentir, Desa Bener, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen.

Ya, Mbah Gimin tewas di pinggir Bengawan Solo, Minggu (20/6/2021).

Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, dia ditemukan sudah tak bernyawa di depo pasir pinggir Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Dukuh Patikan RT 6, Desa Karangudi, Kecamatan Ngrampal.

Kasubag Humas Polres Sragen, AKP Suwarso mengatakan kejadian bemula saat korban bersama anak perempuannya, BN, mendatangi Sungai Bengawan Solo.

Kedatangan keduanya untuk melarung benda yang dipercaya sebagai jimat.

Baca juga: Sempat Hilang Terseret Ombak di Pantai Karang Seke Lebak, Santri Asal Serang Ditemukan Tewas

Baca juga: Kebakaran Rumah di Kuansing, Ibu dan Anak Tewas Dalam Kondisi Berpelukan, 2 Anak Lain Luka Bakar

"Korban bersama anaknya bermaksud akan melarung atau membuang jimat (pusaka) milik korban," ungkapnya kepada TribunSolo.com.

"Atas permintaan korban sendiri," aku dia.

Suwarso menjelaskan selesai membuang benda yang diduga jimat di aliran bengawan Solo, keduanya kemudian hendak kembali pulang.

"Setelah selesai, keduanya hendak pulang dengan mengendarai sepeda motor milik BN," katanya.

Alih-alih segera naik sepeda motor, Sugimin malah berjalan kembali ke arah Sungai Bengawan Solo.

"Saat akan kembali ke aliran sungai Bengawan Solo, korban terjatuh di pinggir sungai dan tidak sadarkan diri," ujar dia.

Kemudian, BN teriak minta tolong, dan beberapa warga yang berada disekitar lokasi kejadian mulai berdatangan.

"Saat warga sekitar memberikan pertolongan, namun Sugimin sudah dalam keadaan meninggal dunia," tambahnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim Inafis Polres Sragen beserta tenaga kesehatan dari Puskesmas Ngrampal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.

"Diduga korban meninggal dunia karena sakit, kemudian jenazah kita kembalikan ke pihak keluarga," pungkasnya.

Heboh Rumor Tuyul

Geger rumor soal tuyul tersiar di Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.

Pasalnya banyak uang warga di dua dukuh hilang misterius, konon disertai bau busuk menyengat saat raibnya harta tersebut.

Di antaranya dialami warga bernama Adie (49) dan Tri (46) dari Dukuh Ngelo, Desa Saren.

Rumor yang beredar, bahwa di desa tersebut warga memang tengah dihebohkan dan jadi rasan-rasan soal tuyul.

Adie menduga, uangnya hilang karena ulah makhluk tak kasat mata karena terjadi secara tak biasa dan dialami sejumlah orang.

Tak hanya sekali, uangnya hilang sudah terjadi berkali-kali.

Adie menunjukkan kantong salah satu bank yang digunakan untuk menabung uang, yang isinya hilang secara misterius di rumahnya di Dukuh Ngelo, Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jumat (18/6/2021).
Adie menunjukkan kantong salah satu bank yang digunakan untuk menabung uang, yang isinya hilang secara misterius di rumahnya di Dukuh Ngelo, Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jumat (18/6/2021). (TribunSolo.com/Septiana Ayu)

Baca juga: Curhatan Warga Boyolali Terdampak Tol Solo-Jogja : Proyek Berjalan, Tapi Kini Belum Dapat Ganti Rugi

Baca juga: Hercules Remote Made In Boyolali Bikin Kagum : Dibuat 2 Pria Lulusan SMA, Dibanderol Rp 5 Juta

"Kejadiannya sudah berulang-ulang sebenarnya, tapi kejadian yang bikin jengkel ya baru kemarin," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (18/6/2021).

Tiga hingga empat hari lalu, Adie baru mengetahui uang yang disimpannya hilang.

"Pertama tahunya, istri saya menyimpan uang di kantong yang diberikan salah satu bank itu, sudah terisi penuh, pas kemarin dicek, tinggal Rp 15 ribu," katanya.

"Kemarin juga, saya punya uang Rp 800.000 di dompet, dompet saya taruh meja, beberapa jam kemudian, sudah hilang Rp 200 ribu," kesahnya.

Adie mengungkapkan kejadian serupa juga pernah terjadi 2 tahun lalu.

"2 tahun lalu juga pernah, uang kas masjid yang saya taruh di celengan ayam, tiba-tiba juga habis," paparnya.

"Pintu kamar ya selalu saya kunci pas mau ke sawah, kalau diambil orang kan mesti ada bekasnya, celengannya juga nggak rusak itu," jelasnya.

Selain Adie, beberapa tetangganya pun juga bernasib sama.

"Ada yang usaha travel, punya uang Rp 3 juta tahu-tahu kok kurang, padahal juga tempatnya dikunci terus, kalau maling masa cuma ngambil Rp 200 ribu," paparnya.

Baca juga: Mau Belanja Pengunjung Kecele, Swalayan di Karanganyar Ditutup, Gegara Ada yang Terpapar Covid-19

Baca juga: Mie Ayam Aneh di Sragen : Mie Ayam Balungan Batu Jamus, Awas Kecele karena Cepat Habis

Kejadian serupa juga banyak dialami warga dukuh tetangganya, yakni Dukuh Cumleng.

"Tahunya tadi pas takziah, tahu saya viral pada cerita satu persatu, di dukuh Cumpleng ternyata juga banyak," ungkapnya.

"Ada juga tetangga desa, punya celengan gede Rp 2 juta sampai Rp 3 juta, tapi tiba-tiba ya habis," aku dia.

Ada Tanda Bau Busuk

Berkali-kali uangnya hilang, Adie dapat mersakan kapan makhluk tak kasat mata tersebut mulai beraksi.

"Tanda-tanda tercium bau busuk, seperti telur busuk atau bau air got, pas kecium itu, pasti uang saya hilang," ujarnya.

Tak hanya beraksi di malam hari, pada siang haripun bau serupa juga pernah tercium.

"Seringnya itu ya pas malam hari, habis maghrib, duduk di ruang tamu tiba-tiba tercium baunya, kadang siang hari juga pernah," paparnya.

Meski telah mengetahui tanda-tandanya, Adie tetap tak bisa berbuat banyak, karena juga tidak diketahui seperti apa wujudnya tersebut.

"Kalau mau lapor polisi, kan ya nggak ada buktinya, kalau mau pasang CCTV kan ya tetap nggak bisa lihat," ucapnya sambil tertawa.

Setiap kehilangan uang, rata-rata kisaran Rp 100.000 hingga Rp 200.000.

Baca juga: Mie Ayam Aneh di Sragen : Mie Ayam Balungan Batu Jamus, Awas Kecele karena Cepat Habis

Baca juga: Pihak Michelle Kuhnle Tak Ciut dengan Serangan Balik Persis Solo : Musyawarah atau Lanjut Kita Siap!

"Kalau diambil paling besar Rp 200 ribu, paling maharnya dari sana Rp 200 ribu, makanya ambilnya segitu," kata dia.

Ia menyebutkan, telah menyimpan uang sesuai anjuran orang tua jaman dulu agar tidak diambil tuyul.

"Kalau kata orangtua, uangnya ditata sesuai gambarnya, diikat karet, dikasih kaca, sama dibungkus plastik hitam dobel, tapi ya tetap hilang," katanya.

"Mungkin tuyulnya sudah upgrade mengikuti perkembangan jaman," candanya.

Meski begitu, masih banyak masyarakat yang lebih memilih menyimpan uang tunai daripada disimpan di bank. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved