Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kenapa Prabowo Subianto Tak Ikut Pasang Baliho? Pengamat : Tak Ada Gunanya, Semua Orang Sudah Kenal

Akhir-akhir ini fenomena banjir baliho para tokoh politik mendapatkan sorotan dari berbagai kalangan.

Editor: Asep Abdullah Rowi
Tribunnews/JEPRIMA
Calon Presiden nomor urut 01 Prabowo Subianto saat memberikan orasi politik didepan masa pendukung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat, Minggu (7/4/2019). Pada orasi politik tersebut Prabowo mengajak pendukungnya untuk mencoblos dirinya. 

TRIBUNSOLO.COM - Akhir-akhir ini fenomena banjir baliho para tokoh politik mendapatkan sorotan dari berbagai kalangan.

Di balik banyaknya baliho bertebaran di penjuru Indonesia, tak ada gambar sosok Prabowo Subianto.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai sosok Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto sudah cukup populer.

Sehingga tidak latah ikut pasang baliho jauh-jauh hari.

Adi menilai Prabowo juga fokus menjaga elektabilitas.

Baliho Puan Maharani Kepak Sayap Kebhinekaan di lokasi strategis di kawasan Jalan Dr Radjiman Widyodiningrat, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Kamis (5/8/2021).
Baliho Puan Maharani Kepak Sayap Kebhinekaan di lokasi strategis di kawasan Jalan Dr Radjiman Widyodiningrat, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Kamis (5/8/2021). (TribunSolo.com/Muhammad Irfan)

Untuk itu, Prabowo sebagai menteri pertahanan fokus dalam meningkatkan kinerja.

"Ya, karena bagi dia, kerja sebagai Menhan (menteri pertahanan) apalagi setelah disorot panjang jadi penting," terang dia,  Sabtu (6/8/2021).

"Prabowo harus membuktikan kepada publik, bahwa sebagai menteri dia bisa bekerja," ujarnya,

Adi mengatakan, popularitas mantan Danjen Kopassus itu sudah tinggi.

Sementara tokoh politik yang memasang baliho adalah mereka yang popularitasnya masih rendah.

Baca juga: Viral Maling Helm Milik Dishub di Depan Kantor Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ini Kata Polisi

Baca juga: Misteri Kode Huruf di Baliho Puan Maharani : Kode GB Disebut Sumbangan dari Gibran

"Kalau melihat seperti Airlangga, Puan, Muhaimin, itu, kan, popularitasnya rendah jika dibandingkan dengan nama besar seperti Prabowo. Nah, Prabowo ini elektabilitasnya mentok," katanya.

"Baliho-spanduk itu tidak ada gunanya. Semua orang sudah kenal Prabowo. Makanya, dia tidak terlampaui narsis, misalnya menggunakan momentum seperti Olimpiade atau apa pun yang terkait dengan pandemi, selalu memberikan ceramah-ceramah politik untuk selalu prokes dengan baliho atau apa," imbuh dia.

Yang dibutuhkan Prabowo, menurut Adi, mempertahankan elektabilitasnya tetap di atas 50% agar dapat memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Alasannya, tingginya tingkat keterpilihan saat ini tidak menggaransinya bakal menang.

"Tugas Prabowo harus meningkatkan elektabilitasnya karena sekalipun elektabilitas paling tinggi, itu bukan bekal yang cukup atau tidak aman untuk memenangkan petarungan. Untuk sekelas Prabowo, elektabilitasnya minimal di angka 50% ke atas," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved