Kesaksian Keluarga Letkol Slamet Riyadi : Bapak Pesan Jangan Nyebrang Laut, Lalu Gugur di Ambon
Ini wawancara kami bersama keluarga Slamet Riyadi, pahlawan nasional yang identik dengan Kota Solo.
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Aji Bramastra
Gugur Tanpa Meninggalkan Anak
Slamet Riyadi gugur pada 4 November 1950 di usianya yang masih belia yaitu 23 tahun.
Dirinya tak meninggalkan putra maupun putri dan hanya memiliki satu saudari yaitu Soekati Djojowidagdo.
Oleh karenanya di setiap ada acara yang melibatkan nama Slamet Rijadi yang diundang adalah kemenakannya yang berjumlah tiga orang yaitu, Siti Sumarti, Wiharto, Seno Aji Gunawan.
Termasuk saat penerimaan gelar Pahlawan Nasional Indonesia dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007.
"Waktu itu saya yang menerima dan Presiden (SBY) mengucapkan terimakasih kepada kami selaku keluarga almarhum Slamet Rijadi," jelasnya.
Ada banyak nama, jalan, gereja hingga universitas yang menggunakan nama Slamet Rijadi dan Siti Sumarti selaku kemenakan yang masih di Solo yang sering disambangi dan dimintai restu.
"Biasanya dari TNI seperti Kopassus, Kodim, Korem bila ingin berziarah akan ijin saya dulu," ucapnya.
Siti berharap meski nama pamannya diabadikan di berbagai tempat, para generasi muda mau menggali lebih dalam dan kembali mempelajari sejarah, agar bisa ditiru dan perjuangannya bisa diteruskan.
"Agar generasi muda bisa kembali membaca sejarah dan mengenal lebih dekat sosok Slamet Rijadi," harapnya. (*)