Berita Karanganyar Terbaru
Banyak Usaha Gulung Tikar Selama PPKM, Tapi Agrowisata Kebun Stroberi Malah Meningkat, Kok Bisa ?
Selama PPKM banyak usaha yang gulung tikar, tapi usaha Agrowisata petik Stroberi di kebun malah meningkat pesat
Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Tri Widodo
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR- Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) banyak usaha masyakat jadi mandeg, bahkan ada yang sampai gulung tikar.
Terbatasnya aktivistas masyarakat menjadikan banyak pelaku usaha tak kuat menahan beban.
Baca juga: Wisata Petik Stroberi Jadi Alternatif Wisata di Tawangmangu, PPKM Omzet Malah Meningkat
Baca juga: Aturan PPKM Level 3 di Klaten, Usaha Kuliner Boleh Buka Sampai Jam 9 Malam: Wisata Masih Tutup
Tapi lain halnya dengan usaha dibidang agro wisata yang digeluti Yekti, di kawasan Sekipan, Tawangmangu ini.
Wisata Petik Buah Stroberi langsung dari kebun itu sukses menghadapi gelombang Pandemi Covid-19
Menurut Yekti pengelola, saat penerapan PPKM di Karanganyar, tingkat pengunjung di kawasan Kebun Stroberi ini meningkat.
"Malah makin banyak, mungkin karena objek wisata pada tutup. Jadi wisatawan beralih ke sini," ujarnya.
Banyaknya obyek wisata yang tutup menjadikan wisata yang dia kelola ketiban untung.
Setiap harinya bisa meraup untung jutaan rupiah.
"Kalau hari Sabtu-Minggu bisa dapat Rp 5 juta, hari biasa Rp 3 jutaan," ungkapnya.
Kendati demikian, Yekti mengaku omset itu tidak bertahan lama.
Karena pemasukan tergantung cuaca dan musim dari buah stroberi itu sendiri.
"Kalau enggak hujan terus, buahnya banyak. Sebaliknya hujan terus banyak yang busuk jadi enggak banyak hasil petiknya," ujarnya.
Baca juga: Hore! PPKM Sragen Jadi Level 3, Pembukaan Tempat Wisata dan Sekolah Tatap Muka di Depan Mata
Yekti mengaku lahat yang dia gunakan juga bukan miliknya sendiri.
"Kita nyewa lahan ini, satu petaknya Rp 2 Juta, pertahun. Jadi lumayan bantu pemasukan sama pengeluaran minim dihitung sama bibit dan lain-lain dibanding di tanam sayur-mayur yang harganya bisa anjlok sewaktu-waktu," tutupnya.
Masuk Gratis Pulang Bayar
Wisata petik buah Stroberi di Kebun milik Yekti bisa dibilang cukup ekonomis.
Selain bisa sebagai sarana refresing, pengunjung juga bisa membawa buah stroberi pulang ke rumah sebagai oleh-oleh.
Baca juga: Kapan Tempat Wisata di Wonogiri Dibuka? Meski Sudah Level 3, Masih Tunggu Keputusan Bupati
Baca juga: Aturan PPKM Level 3 di Klaten, Usaha Kuliner Boleh Buka Sampai Jam 9 Malam: Wisata Masih Tutup
Yekti (35) mengatakan saat memasuki kawasan kebun stroberi tidak dikenakan biaya tiket masuk.

"Wisatawan tinggal datang, ambil keranjang gunting saat petik Stroberi. Setelah petik baru di timbang itu yang nanti dihargai," ujarnya kepada Tribunsolo.com, Sabtu (4/9/2021).
"Per-Ons nya Rp 10 ribu, jadi kalau 1 kilogram Rp 100 ribu. Bebas pilih dan durasi waktu juga tidak ada," ujarnya.
Karena tidak ada batasan waktu, para wisatawan terlihat menikmati setiap memetik buah stroberi.
Mereka terlihat berfoto-foto, saling bercengkrama dan memetik buah stroberi secara hati-hati serta bersemangat.
Menurutnya saat penerapan PPKM di Karanganyar, tingkat pengunjung di kawasan Kebun Stroberi ini meningkat.
"Malah makin banyak, mungkin karena objek wisata pada tutup. Jadi wisatawan beralih ke sini," ujarnya.
Untuk itu, Dirinya mengaku setiap harinya bisa meraup untung jutaan rupiah.
"Kalau hari Sabtu-Minggu bisa dapat Rp 5 juta, hari biasa Rp 3 jutaan," ungkapnya.
Kendati demikian, Yekti mengaku omset itu tidak bertahan lama.
Karena pemasukan tergantung cuaca dan musim dari buah stroberi itu sendiri.
"Kalau enggak hujan terus, buahnya banyak. Sebaliknya hujan terus banyak yang busuk jadi enggak banyak hasil petiknya," ujarnya.
Baca juga: Pemandangan Kebun Teh Mengiringi Perjalanan Lawu Jeep Adventure menuju Agrowisata Bariza Ngargoyoso
Yekti mengaku lahan yang dia gunakan juga bukan miliknya sendiri.
"Kita nyewa lahan ini, satu petaknya Rp 2 Juta, pertahun. Jadi lumayan bantu pemasukan sama pengeluaran minim dihitung sama bibit dan lain-lain dibanding di tanam sayur-mayur yang harganya bisa anjlok sewaktu-waktu," tutupnya. (*)